20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie melirik dan menegur, “Cioe Sianseng, kau tak boleh berlaku kurang ajat dihadapan<br />

Hong thio Taysoe.”<br />

“Aku bukan maki dia, aku maki penjahat Seng Koen,” jawabnya, tapi ia tidak berani bicara<br />

apa2 lagi.<br />

Mendengar perkataan Cioe Tian, Kong tie yang sudah bergusar tidak bisa menahan sabar lagi,<br />

“Tapi bagaimana dengan kebinasaan Kong seng sute?” tanyanya.<br />

“Kong seng ceng berdarah panas, beradat polos dan memiliki sifat ksatria sejati,” jawab Boe<br />

Kie. “Di Kong beng teng aku pernah menerima pelajarannya dan aku merasa sangat kagum<br />

akan kepandaiannya. Aku turut berdukacita untuk kemalangannya. Ia mati karena diserang<br />

oleh manusia jahat dan hal itu tiada sangkut pautnya dengan agama kami.”<br />

Kongtie tertawa dingin, “Thio kouwcoe mencuci tangan bersih2,” ejeknya.<br />

“Apakah persekutuan antara Koencoe dari Jie lamong dan Beng Kauw bukan sebuah<br />

kenyataan?”<br />

Muka Boe Kie berubah merah. “Memang benar, sesudah kebentrok dengan ayah dan<br />

kakaknya, Koencoe telah masuk kedalam agama kami,” sahutnya. “Perbuatannya terhadap<br />

Siauw Lim Sie memang satu kesalahan. Aku berjanji akan selalu bersedia mengajak dia<br />

datang kemari guna mengakui kedosaannya dan memohon maaf.”<br />

“Thio Kauwcoe, pandai sunggu kau menggoyang lidah!” bentak Kong tie. “Apa dengan<br />

berkata begitu kau tidak akan ditertawai oleh para orang gagak dikolong langit?”<br />

Boe Kie jadi serba salah. Sebagai seorang jujur, didalam hati ia mengaku, bahwa perbuatan<br />

Tio Beng dalam menyerang dan menangkap pendeta2 Siauw Lim Sie memang suatu kedosaan<br />

terhadap Siauw Lim Sie. Biarpun urusan itu bukan urusan Beng Kauw, tapi setelah si nona<br />

masuk ke dalam agamanya, ia tidak bisa mencuci tangan begitu saja.<br />

Selagi ia bersangsi, Tiat Koan Toojin yang meluap darahnya sudah mulai membentak:<br />

“Kong tie taysoe! Dengan memandang sebagai pendeta suci yang tertua, kauwcoe kami sudah<br />

berlaku sangat sungguh terhadapmu. Sebaiknya kau tahu diri sebagai pemimpin Beng kauw<br />

dan sebagai seorang ksatria, mana bisa jadi kauwcoe kami bicara sembarangan? Kau<br />

menghina kauwcoe kami dan itu berarti kau menghina Beng Kauw yang mempunyai anggota<br />

ratusan laksa. Meskipun kauwcoe sangat baik hati dan tidak mempunyai rasa gusar, hinaan itu<br />

tidak ditelan begitu saja oleh kami semua,” pada waktu itu Beng Kauw sudah menguasai<br />

banyak daerah dengan tentara rakyat berjumlah besar dan istilah “ratusan laksa” tidaklah<br />

terlalu berlebih2an.<br />

Kong tie tertawa tawar, “Ratusan laksa?” ia mengulang. “Apa kalian mau menginjak Siauw<br />

Lim Sie sampai jadi bumi rata? Bukan baru sekarang. Mo Kauw menghina Siauw Lim.<br />

Bahkan kami sampai kena ditawan dan dikurung di Ban hoat si, kami tidak mempersalahkan<br />

siapapun juga. Kami hanya boleh merasa menyesal karena ceteknya kepandaian kami. Huh<br />

huh! … Lebih dahulu membasmi Siauw Lim, kemudian menumpas Boetong, yang merajai<br />

Rimba Persilatan, hanyalah Beng Kauw. Sungguh gagah! Sungguh angker!”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1317

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!