20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

te<strong>naga</strong> yang digunakan Ho Thay Ciong untuk melemparkan Boe Kie, paling tidak ada lima<br />

ratus kati. Tapi sastrawan itu, dengan kibasan tangan baju sudah berhasil menolak te<strong>naga</strong><br />

tersebut dan melemparkan si bocah di samping batu. Itu semua membuktikan, bahwa ia<br />

memiliki kepandaian yang sukar diukur berapa tingginya.<br />

Orang itu berusia kira2 empat puluh tahun, mukanya tampan hanya alisnya agak turun<br />

kebawah dan mulutnya terdapat beberapa garis yang dalam sehingga ia kelihatannya banyak<br />

lebih tua dan seperti seorang yang sudah mengalami banyak kedukaan. Tanpa mengeluarkan<br />

sepata kata, ia berdiri bengong, seolah2 tengah memikiri kejadian2 di masa lampau.<br />

Sesudah batuk beberapa kali, Ho Thay Ciong bertanya. Siapa tuan? Mengapa tuan<br />

mencampuri urusan Koen Loen Pay?.<br />

Sastrawan itu menyoja dan menjawab. Ah! Kalau begitu Cianpwee adalah Thie Khim<br />

Sianseng Ho Cianpwee. Sudah lama kudengar namanya yang besar. Dan akupun sedang<br />

berhadapan dengan Ho Hoejin, bukan? Boanpwee bernama Yo Siauw.<br />

Perkataan Yo Siauw disambut dengan seruan kaget oleh Ho Thay Ciong, Pan Siok Ham dan<br />

Boe Kie. Seruan si bocah bercampur dengan nada girang, sedang seruan kedua suami istri<br />

bercampur dengan nada gusar. Srt srt.. kedua murid Koen Loen menghunus pedang yang lalu<br />

dibalik dan gagangnya diangsurkan kepada soehoe mereka. Ho Thay Ciong melintangkan<br />

senjatanya di depan dada dan bersiap sedia dengan pukulan Soat-yong kiauw (Salju menutupi<br />

jempatan biru), sedang Pan Siok Ham menudingkan pedangnya ke tanah dalam gerakan Bokyap<br />

siauw (Daun daun berkeresekan). Kedua pukulan itu adalah pukulan pukulan yang paling<br />

lihay dari Koen Loen Kiam Hoat. Kuda kudanya kelihatan sangat sederhana, tapi didalamnya<br />

bersembunyi tujuh-delapan gerakan susulan yang luar biasa. Asal tangan mereka, kedua<br />

pedang itu lantas menyambar tujuh-delapan bagian tubuh lawan yang berbahaya.<br />

Tapi Yo Siauw tenang2 saja. Ia mengawasi Boe Kie dengan perasaan heran karena dalam<br />

teriakan itu terdapat nada kegirangan.<br />

Muka Boe Kie matanya biru, bengkak2 dan berlepotan darah, tapi sinarnya menunjuk rasa<br />

syukur dan bahagia. Kau kau katanya terputus2, apakah kau Kong Beng Soe Cie dari Beng<br />

kauw, Yo siauw, Yo Pehpeh?.<br />

Yo Siauw manggut2kan kepalanya. Bagaimana kau tahu she dan namaku, anak? tanyanya.<br />

Sambil menunjuk Poet Hoei, Boe Kie berkata Adik ini adalah putrimu! Ia memnuntun tangan<br />

si gadis cilik dan berkata pula Poet Hoei moay moay, inilah ayahmu. Ah! Akhirnya kita<br />

berhasil mencarinya.<br />

Poet Hoei mengawasi Yo Siauw dengan matanya yang bundar cilik. Apa kau ayahku?<br />

tanyanya. mana ibu? Aku lagi mencari ibu. Ia berkata begitu, karena untuk membujuknya,<br />

disepanjang jalan boekie selalu mengatakan, bahwa mereka melakoni perjalanan jauh itu<br />

untuk mencari Kie Siauw Hoe.<br />

Jantung Yo Siauw memukul keras dan sambil mencekal pundak si bocah, ia berkata Anak<br />

bicara lebih terang. Putri siapa dia? Siapa ibunya? ia mencengkeram keras, sehingga Boe Kie<br />

menggeluarkan teriakan aduh!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 528

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!