20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pembaringan. Tapi mendengar tantangan Boen Liang darahnya meluap dan alisnya yg putih<br />

beridir. Sambil mengepos sisa te<strong>naga</strong>nya yg penghabisan, ia membentak, Bocah! Kau<br />

mulailah!<br />

Tetua Khong Ting itu mengerti, bahwa sesungguhnya keabisan te<strong>naga</strong>, dalam beberapa jurus<br />

saja In Thian Ceng akan roboh sendiri. Maka itu, tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, ia<br />

segera melompat kebelakang musuhnya dan mengirim tinju kepunggung Peh bie Eng ong. In<br />

Thian Ceng mengengos dan menangkis, tp Tong Boen Liang sudah melompat kesamping<br />

dengan gerakan yg sangat gesit. Benar saja, baru beberapa gebrakan mata In Thian Ceng<br />

gelap dan memuntahkan darah dari mulutnya. Badannya tergoyang goyang tanpa tercegah<br />

lagi, ia jatuh duduk.<br />

Tong Boen Liang girang, In Thian Ceng! Hari ini kau mampus dalam tanganku! teriaknya<br />

seraya melompat keatas.<br />

Melihat Tong Boen Liang melompat tinggi dan dari atas menghantam kebawah, Boe Kie<br />

terkesiap dan mengambil keputusan untuk menolong kakeknya. Tapi sebelum ia bergerak, In<br />

Thian Liang sudha mengangkat tangan kanannya dalam suatu gerakan menyeramkan unutk<br />

menyambut musuhnya. Tong Boen Liang sudah tak dapat mengelakan sambutan itu.<br />

Krek!....krek! kedua tangan jago Khong tong itu patah karena pukulan Eng Jiauw Kim na<br />

ohioe. Sekali lagi terdengar krek-krek dan tulang kedua betisnya pun turut patah. Ia jatuh<br />

ambruk tanpa bisa bergerak lagi.<br />

Semua orang mengawasi dengan mata membelak. Mereka tak pernah menduga, bahwa<br />

sesudah terluka berat, In Thian Ceng masih bisa berbuat begitu.<br />

Dengan robohnya tetua mereka yg ketiga, orang2 Khong tong tentu saja merasa malu. Karena<br />

Khong Tong Boen Liang menggeletak didekat Peh bie Eng ong, tiada seorang pun yg berani<br />

maju menolong. Sesudah berselang beberapa saat dari barisan Khong tong barulah keluar<br />

seorang tua bongkok yg bertubuh tinggi besar. Sambil menendang sebutir batu kearah In<br />

Thian Ceng ia membentak, "Peh Bie Lonh Jie! Biarlah aku si orang she Cong membereskan<br />

perhitungan lama denganmu.<br />

Orang itu she Cong bernama Wie Hiap tetua kedua dari Khong tong Ngoloo. Dengan<br />

menyebutkan "perhitungan lama" dapatlah diketahui bahwa dahulu ia sudah pernah<br />

dirobohkan oleh In Thian Ceng.<br />

"Tak!" batu yg di tendang Cong Wie Hiap mampir tepat didagu In Thian Ceng yg lantas saja<br />

mengucur darah. Semua orang terkejut, terhitung Cong Wie Hiap sendiri, yg sama sekali tidak<br />

menduga, bahwa batu itu bisa melukakan musuhnya. Sekarang ia tahu, bahwa In Thian Ceng<br />

tidak berdaya lagi, dan satu pukulan saja sudah cukup untuk membinasakannya. Ia maju<br />

seraya mengangkat tangannya.<br />

Tiba2 dari barisan Boe tong pay melompat keluar seorang yg menghadang dihadapannya.<br />

Orang itu yg berparas angker dan mengenakan jubah panjang yg terbuat dari kain kasar,<br />

bukan lain daripada Boe tong Jie hiap Jie Lian Cioe. Sambil menjura Jie hiap berkata, "Cong<br />

Heng In Kauwcoe terluka berat, sehingga biarpun kau menang, kemenangan itu bukan<br />

kemenangan gemilang. Dengan partai kami, In Kauw Coe ia mempunyai perhitungan2 yg<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 746

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!