20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Semenjak berguru, murid-murid Goe bie belum pernah melihat guru mereka bertempur.<br />

Antara ketiga murid itu, adalah Kie Siauw Hoe yang sangat berkuatir akan keselamatan sang<br />

guru, karena ia sudah menyaksikan kelihayan Kim hoa Popo.<br />

Sementara itu, Boe Kie, yang lengannya dicekal A-lee, sudah coba meronta seraya<br />

membentak: "Lepaskan! Perlu apa kau pegang aku?" A lee melirik Kie Siauw Hoe yang<br />

kelihatannya ingin bergerak untuk memberi pertolongan. Ia melepas cekalannya dan berkata:<br />

"Diam disini. Aku mau lihat apa kau bisa lari."<br />

Mendengar tantangan, Kim Hoa Popo tertawa: "Dulu, ilmu pedang Kwee Siang, Kwee<br />

Liehiap, leluhur Goe bie pay, memang telah menggetarkan dunia persilatan," katanya. "Tapi<br />

sesudah turun kepada murid dan cucu muridnya, berapa bagian yang masih ketinggalan?"<br />

"Biarpun hanya ketinggalan sebagian, tapi sudah cukup untuk menyapu bersih segala<br />

kawanan siluman," jawab Biat coat dengan mendongkol.<br />

Untuk sejenak si nenek mengawasi ujung pedang dan mendadak ia menotol badan pedang<br />

lawan dengan tongkatnya. Tentu saja Biat coat tidak mempermisikan pedangnya ditotol<br />

begitu rupa. Sekali bergerak, ia sudah menikam pundak si nenek, yang sambil batuk-batut,<br />

lantas saja menyapu dengan tongkatnya. Seraya menarik pulang senjatanya, Biat coat<br />

melompat dan bagaikan kilat, ia sudah berada dibelakang Kim Hoa Popo. Sebelum kakinya<br />

hinggap ditanah, pedangnya sudah menyambar, tapi si-nenek sendiri, tanpa memutar badan,<br />

sudah berhasil menangkis dengan tongkatnya.<br />

Kedua wanita itu adalah jago jago kelas utama dalam Rimba Persilatan. Baru saja bergebrak<br />

tiga empat jurus, mereka mengetahui, bahwa hari itu mereka mendapat lawan setanding.<br />

Sekonyong-konyong terdengat suara "trang!" dan pedang Biat coat patah dua. Semua orang,<br />

kecuali A-lee, terkesiap. Mereka memandang rendah tongkat si nenek, sehingga mereka<br />

menduga, bahwa patahnya pedang adalah akibat Lweekang Kim hoa Popo yang sangat tinggi.<br />

Tapi si-nenek dan si-pendeta sama-sama tahu bahwa patahnya pedang itu bukan lantaran<br />

keunggulan Lweekang, tapi sebab luar biasanya tongkat itu yang terbuat daripada San ouw<br />

kim, hasil laut diperairan pulau Leng coa to.<br />

San-ouw-kim adalah semacam logam istimewa yang merupakan campuran dari beberapa<br />

macam logam dan batu karang, sesudah berada didalam air berlaksa tahun lamanya, logam itu<br />

keras dan berat luar biasa, sehingga bisa memutuskan baja dan menghancur leburkan batu.<br />

Karena mengetahui, bahwa patahnya pedang bukan sebab lawannya kalah, maka sebagai<br />

seorang yang berkedudukan tinggi, Kim Hoa Popo tidak mendesak. Sambil batuk-batuk, ia<br />

menuggu. Di lain pihak, sebab kuatir guru mereka terluka. Kie Siauw Hoe dan kedua saudari<br />

seperguruannya buru-buru mendekati Biat coat Soethay.<br />

Sementara itu, Ah lee dan Boe Kie sudah bertengkar lagi. Si nona cilik yang sangat nakal tiba<br />

tiba mencekal pula peegelangan tangan Boe Kie. "Lihatlah, kau tidak akan bisa terlepas dari<br />

tanganku." katanya.<br />

Begitu pergelangan tangannya tercekal. Boe Kie kembali merasa separuh badannya lemas. Ia<br />

bingung dan gusar dan lalu coba menendang. A lee mencekal lebih keras sambil mengerahkan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 485

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!