20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Guru itu menghela napas. Ia tidak menyahut, hanya kedua mata mengucarkan air. Ia<br />

mengangkat tubuh Boe Kie untuk di rangkul erat-erat, sedang matanya mengawasi mayat<br />

Coei San.<br />

Ia kata: "Coei San, Coei San ! Kau mengangkat aku menjadi guru. Ketika kau mau pulang,<br />

kau menitipkan anakmu ini padaku, akan tetapi aku aku tidak sanggup melindungi anakmu<br />

ini! Maka apakah artinya aku hidup sampai umur seratus tahun? Apakah gunanya Boe tong<br />

pay terkenal di seluruh jagat? Lebin baik aku mati saja ...."<br />

Wan Kiauw semua kaget tidak terkira. Semenjak mengikuti guru ini, mereka selalu<br />

mendapatkan si guru bergembira. Belum pernah ia bersusah hati atau berputus asa seperti ini.<br />

"Soehoe, benarkah anak ini tidak dapat ditolong lagi ?" tanya Lie Heng penasaran.<br />

Sam Hong memeluk terus tubuh Boe Kie. Ia berjalan mundar-mandir diruang itu.<br />

"Kecuali .... kecuali guruku Kak-wan hidup pula dan ia mengajar aku seluruh kitab Kioe yang<br />

Cin keng ....."<br />

Semua murid Thio Sam Hong kaget. Semuanya berdiam. Kak wan Tay soe telah menutup<br />

mata pada delapan puluh tahun yang lampau. Mana dapat ia hidup pula? Itu artinya, Bor Kie<br />

tidak bisa ditolong lagi....<br />

"Soehoe," kata Lion Cioe tiba tiba "Aku ingat orang Mongolia tadi. Dengannya pernah aku<br />

beradu tangan. Memang tangannya lihay sekali, jarang orang selihay dia. Tanganku telah<br />

terluka karena beradu tangan itu, tetapi sekarang tanganku telah sembuh seantengnya, rasanya<br />

bakal tidak ada akibatnya lebih jauh..."<br />

"Didalam hal itu kau mengandal kepada nama besar Boe tong Cit hiap," berkata sang guru<br />

"Hian beng Sin Ciang itu luar biasa. Kalau melukai orang, celakalah korbannya. Sebaliknya,<br />

kalau dia kalah te<strong>naga</strong> dalam, dia bakal terluka sendirinya. Ketika dia beradu tangan dengan<br />

kau, mungkin dia tidak bersungguh hati, rupanya dia jeri. Maka ingat, kalau lain kali. kau<br />

bertemu dia, berhati-hatilah."<br />

Lian Cioe bergidik sendirinya.<br />

"Jadi dia jeri kepada te<strong>naga</strong> dalamku? Dia jadi tidak menggunakan seantero ilmunya yang<br />

liehay itu," pikirnya. "Coba lain kali dia bertemu pula denganku, tentu dia tidak akan memberi<br />

ampun lagi ...."<br />

Keenam orang itu berdiam. Sekonyong-konyong terdengar jeritan Boe Kie: "Ayah, ayah,<br />

aduh sakit!" Dan ia membalas merangkul Thio Sam Hong keras-keras, kepalanya<br />

diselusupkan di dada si imam tua.<br />

Hati Sam Hong menggetar. Ia sangat menyayang anak itu. Dengan mengertak gigi ia berkata:<br />

"<strong>Mar</strong>i kita gunakan semua te<strong>naga</strong> kita untuk menolong bocah ini. Sampai berapa lama lagi dia<br />

dapat hidup, terserah kepada kemurahan hati Thian"<br />

Ia lantas mengawasi mayat Coei San, air mata turun bercucuran ia berkata: "Coei San, Coei<br />

San, oh, bagaimana sengsara anakmu ini!"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 364

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!