20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kong tie Taysoe ketahui maksud hatinya Wan Kiauw. Ia mengeluarkan suara dihidung. Ia<br />

kata: "Jikalau Thio Cinjin sendiri tidak sudi memberi pelajaran, baiklah, biar kami bertiga saja<br />

yang melawan tiga diantara keenam tuan dari Boe-tong pay. Dalam tiga pertandingan, siapa<br />

yang. menang dua kali dialah yang menang."<br />

Thio Siong Kee dapat membade hati orang. Ia menggantikan kakaknya berbicara. Ia kata:<br />

"Jikalau Kong-tie Taysoe menghendaki juga satu lawan satu, baiklah, dari kita tujuh saudara,<br />

Shako Jie Thay Giam tidak dapat turun dari pembaringan sebab ia telah dianiaya oleh pendeta<br />

Siauw lim sie. Meskipun begitu, tidak ada satu diantara kita berenam yang sudi ketinggalan.<br />

Maka baiklah kita bertempur dalam enam rombongan saja. Yalah enam murid Boe-tong-pay<br />

melawan enam pendeta gagah dari Siauw lim-pay, dan siapa yang menang dalam empat<br />

pertandingan, dialah yang menang."<br />

"Benar begitu!" Boh Seng Kok turut bicara, "Jikalau pihak Boe-tong-pay yang kalah, Thio<br />

Ngoko akan memberitahukan tentang Kim mo Say ong Cia Soen. Dia akan memberitahukan<br />

kepada Hongthio dari Siauw-lim-sie. Umpama kata pihak Siauw-lim-pay yang mengalah,<br />

maka kami minta Taysoe bertiga lantas mengajak semua sababat ini, yang namanya saja<br />

datang untuk memberikan selamat ulang tahun kepada guruku, tetapi sebenarnya hendak<br />

mencari gara-gara, untuk turun dari gunung ini!"<br />

Seng Kok mengatakan demikian sebab ia bisa mengerti maksud Siong Kee. Dengan enam<br />

lawan enam, sudah terang Boe tong pay bakal tidak kalah. Ia ketahui baik sekali kakaknya<br />

yang nomor satu dan nomor dua dapat menandingi ketiga musuh yang libay itu, tetapi ketiga<br />

murid mereka itu pasti bakal kena dikalahkan.<br />

Kong-tie Taysoe cerdik, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.<br />

"Tidak sempurna, itulah tidak sempurna!" katanya. Ia berkata begitu, lantas ia berhenti, tidak<br />

mau menjelaskan 'tidak sempurna' nya itu.<br />

Thio Siong Kee berkata pula: "Taysoe bertiga menantang guru kami, katanya kamu mau<br />

bertanding tiga lawan satu. Setelah kami enam orang Boe tong pay bersedia melawan<br />

duabelas pendeta Siauw lim-pay, Kong-tie Taysoe menghendaki satu lawan satu. Kami<br />

menerima baik, tetapi Tay soe bilang tidak sempurna. Sekarang begini saja, biar boanpwee<br />

seorang diri melawan tiga pendeta yang lihay. Bukankah ini sempurna? Jikalau Taysoe<br />

bertiga dapat menghajar aku sampai mati, itu arti nya Siauw lim-pay yang menang! Tidaklah<br />

itu bagus?"<br />

Mukanya Kong-tie menjadi berubah. Hebat ejekan itu.<br />

Tapi Kong Seng tertawa terbabak-babak, berulang kali dia memuji: "Siancay ! Siancay!"<br />

Semenjak datangnya, pendeta ini belum pernah membuka mulutnya. Inilah yang pertama kali.<br />

Lalu ia menambahkan: "Soeheng berdua, Thio Sie hiap ini mau bersendirian melawan kami<br />

bertiga, mari kami maju bersama!"<br />

Pendeta ini lihay ilmu silatnya, tetapi ia tidak menginsafi ejekannya Siong Kee itu.<br />

"Jangan banyak omong, Soetee!" Kong boen mencegah. Kemudian ia berpaling kepada Song<br />

Wan Kiauw dan berkata: "Begini saja ! Kami enam pendeta Siauw lim melawan enam jago<br />

Boe tong, menang atau kalah diputuskan dengan ini satu kali pukul. "<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 351

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!