20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Ah! Itu cakar Houw-jiauw chioe dari Hwa San-pay, kata Siauw Ciauw. (Houw-jiauw chioe,<br />

Cakar Harimau)<br />

Siauw Ciauw, bagaimana kau tahu? tanya Boe Kie dengan heran. Siapa yang<br />

memberitahukannya kepadamu?<br />

Tapi, karena memikirkan keselamatan kedua belah pihak yang sedang bermusuhan, tanpa<br />

menunggu jawaban ia terus berlari-lari. Di sepanjang jalan dia bertemu dengan mayat-mayat,<br />

sebagian besar mayat murid Beng-kauw, tapi mayat murid keenam partai pun tak sedikit<br />

jumlahnya.<br />

Boe Kie menduga bahwa selama ia terkurung di perut gunung sehari semalam, keenam partai<br />

telah melakukan serangan besar-besaran. Sebab Yo Siauw, Wie It Siauw dan yang lain-lain<br />

terluka berat maka murid-murid Beng-kauw tak punya pemimpin sehingga dalam<br />

pertempuran itu mereka jatuh di bawah angin. Tapi, meskipun begitu dia melawan dengan<br />

nekad dan mendapatkan kerusakan besar.<br />

Waktu hampir tiba di puncak gunung, Boe Kie mendengar suara bentrokan senjata yang<br />

sangat hebat. Hatinya agak lega. Pertempuran belum berhenti, keenam partai rupanya belum<br />

masuk di toa thia, pikirnya. Ia mempercepat langkahnya.<br />

Mendadak dua batang piauw menyambar.<br />

Siapa kau? Berhenti! bentak seseorang.<br />

Sambil menghentikan langkah, Boe Kie mengibaskan tangan dan kedua piauw itu terbang<br />

kembali.<br />

Aduh! seseorang berteriak dan terus roboh.<br />

Boe Kie kaget, yang roboh seorang pendeta. Kedua piauw itu menembus pundaknya dan<br />

kemudian menancap di salju. Ia tertegun, ia mengibas dengan pelan hanya untuk memukul<br />

jatuh senjata rahasia itu. Tak disangka, kibasan itu berte<strong>naga</strong> sedemikian besar. Buru-buru ia<br />

membangunkan si pendeta dan berkata, Aku bersalah telah melukai Taysoe, mohon Taysoe<br />

sudi memaafkan.<br />

Darah berlumuran dari lukanya tapi pendeta itu sangat tegap dan gagah. Tiba-tiba ia<br />

menendang dan kakinya mampir tepat di lambung Boe Kie yang tak menduga akan diserang<br />

dengan cara begitu. Tapi hampir bersamaan dengan tendangan kaki kanannya itu, tubuh si<br />

pendeta terpental dan menghantam satu pohon sehingga tulang kaki kanannya patah dan<br />

mulutnya mengeluarkan darah. Boe Kie sendiri tidak tahu bahwa sesudah mempunyai dua<br />

macam Sin-kang, di dalam tubuhnya terdapat semacam te<strong>naga</strong> dahsyat yang bisa melawan<br />

setiap pukulan secara wajar.<br />

Melihat pendeta itu terluka berat, hati Boe Kie makin tidak enak. Ia membangunkannya<br />

berulang-ulang dan memohon maaf. Pendeta itu mengawasinya dengan mata melotot. Ia heran<br />

bercampur gusar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 737

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!