20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mendapatkan suatu penyelesaian yang memuaskan. Sekarang aku minta kau suka melepaskan<br />

anak itu."<br />

Lian Cioe bicara dengan suara perlahan dari jarak belasan tombak. Tapi setiap perkataannya<br />

dapat didengar jelas oleh Ho I.oosam yang jadi kagum bukan main. "Boe tong Cit hiap yang<br />

namanya mengetarkan seluruh negeri sunguh-sungguh bukan nama kosong." katanya didalam<br />

hati. "Kali ini aku sudah menanam bibit permusuhan bagi Boe san pang. Tapi, biar<br />

bagaimanapun juga, sakit hati Bwee Pangcoe tidak bisa tidak dibalas."<br />

Ia merangkap kedua tangannya seraya berkata: "Kalau begitu, aku memohon beribu maaf dari<br />

kalian. Tidak ada jalan lain dari pada aku mengajak Thio Kongcoe pulang ke Tongcoa."<br />

Karena Ho Loosam merangkap kedua tangannya, maka mulut ular yang dicekal dengan salah<br />

satu tangannya jadi tepisah agak jauh dari pungung Boe Kie. Biarpun kepalanya berada<br />

didalam karung, bocah itu telah mendengar jelas semua pembicaraan. Begitu lekas ia merasa<br />

tangan sipengemis terlepas dari dirinya, bagaikan kilat ia menepuk jalanan darah Leng tay<br />

hiat, dipunggung Ho Loosam, dan dengan berbareng, ia menendang seraya melompat. Karena<br />

kuatir musuh melepaskan ular, tanpa membuka karung yang masih menutup kepalanya, ia<br />

meloncat beberapa kali deagan sekuat ta<strong>naga</strong>.<br />

Sesudah kabur belasan tombak, barulah ia mencabut karung dari kepalanya. Ia heran sebab<br />

melihat pengemis tua itu rebah ditanah tanpa bergerak.<br />

Sementara itu, cepat-cepat Coei San menolak perahunya ketepi sungai dan kemudian,<br />

bersama isterinya dan kakaknya, ia melompat kedaratan. Bagaikan terbang So So berlari-lari<br />

kearah puteranya, yang lalu dipeluk dengan rasa girang yang meluap-luap.<br />

Coei San sendiri segera menghunus pedang dan <strong>membunuh</strong> kedua ular berbisa itu.<br />

Sesudah itu, barulah ia membungkuk dan memeriksa keadaan Ho Loosam yang mulutnya<br />

terus mengeluarkan darah dan kelihatannya sedang menderita kesakitan hebat,<br />

"Ngotee," kata Lian Cioe dengan perasaan heran, "apa mungkin tepukan Boe Kie yang begitu<br />

enteng bisa mengakibatkan luka yang begitu berat ?" Ia mengangsurkan tangan dan coba<br />

mengangkat lengan kiri situa, tapi lengan itu kaku, seperti orang yang tertotok jalanan<br />

darahnya. Melihat begitu, ia segera mengurut jalanan darah Tau tiong hiat, dibagian dada, dan<br />

Toa twie hiat, dibelakang leher Ho Loosam.<br />

Diluar dugaan, begitu diurut, sipengemis mengeluarkan teriakan menyayat hati. "Aduh! Mau<br />

bunuh, lekas bunuh .... Jangan kau ... menyiksa!" Ia sesambat. Seluruh tubuhnya menggigil<br />

dan giginya bercetukan.<br />

Lian Cioe kaget tak kepalang, karena dengan urutan itu, ia bermaksud untuk menolong. Tan<br />

tiong hiat ialah pusat, atau sumber dari hawa tubuh manusia, sedang Toa twie hiat adalah<br />

tempat berkumpulnya jalanan darah besar dibagian kaki tangan manusia. Maka itu, jika kedua<br />

jalanan darah sudah mengalir baik, lain lain jalanan darah yang tertutup akan terbuka kembali.<br />

Tapi diluar dugaan, akibatnya justeru sebaliknya. Melihat Ho Loosam menderita kesakitan<br />

yang begitu hebat, Lian Cioe segera menotok jalanan darah dipundaknya untuk<br />

mengurangkan penderitaannya dan keemudian berpaling mengawasi Coei San.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 287

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!