20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tapi, sesaat itu juga, Kwee Sam Koen mencelos hatinya, karena tinjunya tersedot dengan<br />

semacam te<strong>naga</strong> yang seperti besi berani. Cepat-cepat ia mengerahkan Lweekang untuk<br />

menarik pulang kepalannya, tapi sedikitpun tidak bergeming dan tinju itu terus melekat di<br />

kempungan musuh.<br />

Dengan tenang Cia Soen mengangsurkan tangan kirinya kepinggang lawan. Melihat guru<br />

mereka dalam keadaan bahaya, dua orang murid Sin koen segera melompat untuk memberi<br />

pertolongan. Tapi begitu diawasi Cia Soen dengan sorot mata yang setajam pisau, hati mereka<br />

keder dan tidak berani bergerak lagi. Dilain saat, Cia Soen sudah meloloskan ikat pinggang<br />

Kwee Sam Koen yang lalu digunakan untuk melibat leher pecundang itu. Sesudah itu ia<br />

mengikat ujung ikatatan pinggang kedahan pohon, sehingga badan Kwee Sam Koen jadi<br />

tergantung.<br />

Kwee Sam Koen meronta-ronta, tapi semakin ia meronta, ikatan pada lehernya menjirat<br />

semakin erat. Beberapa saat kemudian, didepan matanya terlibat bayangan Coei Hoei Yang.<br />

Rasa takut dan menyesal bercampur aduk dalam hatinya. Dalam keadaan separuh lupa,<br />

kupingnya mendengar kata-kata: "Jalan langit tidak pernah gagal. Perbuatan jahat akan<br />

mendapat pembalasan Jahat!"<br />

Cia Soen menengok dan melihat warna putih pada kedua matanya Bek Keng. Ia lalu<br />

menghampiri, dan lalu mencopot tanah liat yang menutupi jalanan napas lawan itu dan<br />

kemudian meraba raba dadanya. Sesudah mendapat kepastian, bahwa Pangcoe Kek keng pang<br />

itu sudah tidak bernyawa lagi, barulah ia mencopot tanah yang menutupi hidung dan<br />

mulutnya sendiri. Ia mendongak dan tertawa nyaring "Kedua orang itu adalah manusiamanusia<br />

yang sangat jahat," katanya "bahwa mereka baru binasa sekarang sebenarnya sudah<br />

terlalu terlambat." Sehabis berkata begitu, ia mengawasi kedua Kiam kek muda dari Koen<br />

loan pay. Paras muka Ko Cek Seng dan Chio Tauw pucat seperti kertas, tapi merekapun bales<br />

mengawasi, tanpa mengunjuk rasa keder.<br />

Melihat cara bagaimana Coei San telah membinasakan dua pemimpin dari dua partai<br />

persilatan yang ternama, Coei San kaget bukan main dan sugguh-sungguh ia tak dapat<br />

mengukuri betapa tinggi kepandaian orang itu. Sekarang melihat Cia Soen mengawasi kedua<br />

Kiam kek Koenloen ia merasa sangat berkuatir akan keselamatan kedua orang muda itu.<br />

Buru-buru ia bangun berdiri dan berkata: "Cia Cianpwee, menurut katamu sendiri, orangorang<br />

yang telah dibinasakan olehmu adalah manusia-manusia jahat yang pantas dibunuh.<br />

Tapi, jika kau sendiri <strong>membunuh</strong> manusia secara sembarangan. maka kaupun tiada banyak<br />

bedanya dengan orang orang yang dikatakan jahat olehmu."<br />

"Tidak banyak bedanya?" menegas Cia Soen sambil tertawa-tawa. "Kepandaianku tinggi<br />

kepandain mereka rendah. Yang kuat menjatuhkan yang lemah. Itulah perbedaannya."<br />

"Manusia bukan binatang dan manusia yang wajar harus dapat membedakan apa yang benar<br />

dan apa yang salah," kata pula Coei San. "Jika seorang menindih yang lemah dengan hanya<br />

mengandalkan kekuatannya, tanpa memperdulikan benar atau salah, maka orang itu tiada<br />

bedanya dengan binatang"<br />

Cia Soen tertawa berkakakan. "Apa benar dalam dunia ini terdapat apa yang dinamakan salah<br />

atau benar?" tanyanya dengan nada mengejek. "Orang yang berkuasa pada jaman ini adalah<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 178

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!