20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"SATU lawan satu belum tentu kita menang,” kata Touw ciat. "Dalam sakit hati yang hebat<br />

ini, kami tidak bisa mempertahankan peraturan Kang ouw. Kepala iblis terimalah<br />

kebinasaanmu! Omie tohoed!"<br />

"Sang Buddha berbelas kasihan!" menyambung Touw ok dan Touw lan.<br />

Hampir berbareng tiga tambang menyambar kearah Boe Kie. Sambil mengegos tali, Boe Kie<br />

melompat turun. Sebelum kakinya hinggap di tanah ia memutar badan dan menubruk Touw-?<br />

Touw lan mengibaskan tangan kiri dan Boe Kie merasa semacam te<strong>naga</strong> dalam yang hebat<br />

menyambar ke punggungnya. Ia berkelebat dan memunahkan pukulan itu dengan Kian koen<br />

Tay-lo ie. Pada saat itu, dua tambang dari Touw ok dan Touw lan menyapu dengan datang<br />

berbareng.<br />

Baru saja Boe Kie mengegos, Touw ciat sudah meninju dengan pukulan yang tak ada<br />

anginnya. Boe Kie menangkis dan membalas menyerang. Demikianlah, dengan berdiri di<br />

tengah-tengah tiga pohon siong, Kauwcoe dari Beng kauw itu melakukan pertempuran mati<br />

hidup melawan tiga tetua Siauw lim pay.<br />

Sesudah lewat sekian jurus tiba-tiba Boe Kie memukul dengan telapak tangannya sambil<br />

menggetarkan tubuh, sehingga ratusan butir air yang menempel pada badannya menyambar<br />

Touw ok. Pendeta itu memiringkan kepalanya, tapi tak urung mukanya disambar juga oleh<br />

beberapa puluh butir air sehingga kulitnya dirasakan pedas perih. "Kurang ajar!" bentaknya<br />

seraya mengedut tambang yang lantas saja menghantam kepala Boe Kie. Bagaikan kilat, Boe<br />

Kie melompat mundur akan kemudian menyerang Touw ciat dengan te<strong>naga</strong> dalam yang tidak<br />

kurang hebatnya.<br />

Makin lama Boe Kie makin bingung. Semenjak memiliki ilmu silat tinggi, belum pernah ia<br />

bertemu dengan lawan yang sedemikian berat. Ketiga pendeta itu bukan saja lihay pukulanpukulannya,<br />

tapi juga mempunyai Lwee-kang yang sangat dahyat. Semula ia masih bisa<br />

menggunakan tujuh bagian kepandaiannya untuk membela diri dan tiga bagian untuk<br />

menyerang. Tapi sesudah lewat seratus jurus, hawa tulennya mulai merosot dan hanya mampu<br />

membela diri.<br />

Menurut pengalamannya, yang berada dalam tubuhnya bukan saja tidak bisa habis, bahkan<br />

semakin digunakan jadi makin kuat. Tapi dalam menghadapi ketiga pendeta itu setiap gerakan<br />

meminta Lweekang yang sedemikian kuat dengan gerakan-gerakan demikian, perlahan-lahan<br />

ia merasa datangnya te<strong>naga</strong> susulan tidak begitu lancar lagi. Inilah kejadian yang belum<br />

pernah dialaminya.<br />

Sesudah bertanding lagi beberapa puluh jurus, ia berkata didalam hati. "Kalau terus begini,<br />

jiwaku akan melayang. Sebegitu lama gunung masih berdiri, kayu bakar tak akan habis. Kini<br />

aku mesti kabur. Biarlah dilain hari aku datang lagi bersama Gwa kong, Yo Coe soe, Hian<br />

Yoesoe dan Wie Hok ong. Dengan berlima, ketiga pendeta itu pasti akan bisa dikalahkan dan<br />

aku akan menolong Giehoe." Memikir begitu ia lantas saja mengirim serangan-serangan hebat<br />

dan coba melompat keluar dari gelanggang. Diluar dugaan, tiga tambang itu membuat sebuah<br />

lingkaran yang teguh bagaikan tembok tembaga. Berulang ia menerjang, tapi selalu terpukul<br />

mundur. Sebaliknya dari terlolos, pinggangnya kena disapu tambang Touw lan sehingga<br />

terluka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1303

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!