20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dua hari telah lewat dan nona itu tidak pernah muncul. Boe Kie menganggap dia tak akan<br />

Datang lagi untuk selama-lamanya. Diluar dugaan, pada hari ketiga, kira2 lohor, gadis dusun<br />

itu menyatroni lagi sambil menenteng keranjangnya. Tio pat koay, tegurnya seraya tertawa.<br />

Kau belum mati kelaparan ?.<br />

Sudah hampir, jawabnya. Sebagian besar mampus, sebagian kecil masih hidup.<br />

Nona itu tertawa, lalu duduk disamping Boe Kie. Mendadak memandang betis pemuda itu.<br />

Apa bagian itu masih hidup? tanyanya.<br />

Aduh! teriak Boe Kie. Kau sungguh manusia yang tak punya liangsim! (Liangsim---perasaan<br />

hati).<br />

Tak punya liangsim? menegas si nona. Kebaikan apa yang sudah ditunjuk olehmu terhadap<br />

diriku?<br />

Boe Kie terkejut. Kemarin dulu kau telah memukul aku, tapi aku tidak menaruh dendam,<br />

katanya. Selama dua hari, aku selalu mengingat kau.<br />

Paras muka si nona lantas saja berubah merah, seperti orang bergusar, tapi ia menekan nafsu<br />

amarahnya. Apa yang dipikir olehmu kebanyakan bukan hal yang baik, katanya. Aku berani<br />

memastikan, didalam hati kau mencaciku sebagai perempuan jelek perempuan jahat.<br />

Romanmu tidak jelek, kata Boe Kie. Tapi mengapa kau baru merasa senang bila sudah<br />

mencelakai manusia?<br />

Si nona tertawa geli. Bagaimana kudapat memperlihatkan rasa senangku, jika aku tak bisa<br />

menyaksikan penderitaan orang? katanya dengan suara adem.<br />

Sehabis berkata begitu, ia mengawasi Boe Kie yang pasa mukanya menunjuk perasaan tidak<br />

puas dan tidak setuju. Melihat pemuda itu masih mencekal sepotong kue yang belum dimakan<br />

tiga hari, ia tersenyum lalu berkata.<br />

Phia itu sudah tiga hari, apa masih enak dimakan?<br />

Aku merasa sayang untuk makan kue ini yang dihadiahkan olehmu, jawabnya. Bila pada tiga<br />

hari berselang ia mengatakan begitu untuk berguyon, kini suaranya bernada sungguh2. Nona<br />

itu juga merasa, bahwa kali ini Boe Kie tidak bicara main2 dan paras mukanya lantas saja<br />

bersemu merah. Aku membawa kue-kue yang baru, katanya sambil merogoh keranjang dan<br />

mengeluarkan beberapa macam makanan, disamping kue, terdapat juga ayam panggang dan<br />

kaki kambing panggang yang baunya wangi.<br />

Boe Kie girang bukan main. Selama tiga tahun lebih, ia hanya mengenal daging kodok dan<br />

bebuahan dan baru sekarang, ia dapat mencicipi lagi makanan enak. Tanpa sungkan sungkan,<br />

di lalu memasukkan sepotong daging ayam ke dalam mulutnya.<br />

Sambil memeluk lutut dan mengawasi cara makannya Boe Kie yang sangat bernafsu, si nona<br />

duduk disamping pemuda itu. Siluman muka jelek (Tioe pat koay), kau makan enak sekali,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 603

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!