20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Buru-buru ia mengambil Giok long Souw hap san yang lalu dicekukkan kemulut orang tua itu<br />

dan kemudian mengambil jarum emas untuk menusuk Yong coan hiat dan Kioe bwee hiat,<br />

supaya hawa beracun bisa keluar dari lubang tusukan. Sesudah menolong sang Soehoe,<br />

barulah ia menolong Soebo.<br />

Setengah jam kemudian, perlahan-lahan Tiap kok ie sian tersadar. Rasa syukur dilukiskan, ia<br />

menaagis dan berkata "Saudara kecil! kau adalah tuan penolong kami yang sudah menolong<br />

jiwa kami berdua."<br />

"Sekarang kalian boleh tak usah berkuatir lagi." kata Boe Kie. "Kim hoa Popo yang menduga<br />

kalian pasti akan binasa, sudah berlalu tanpa mengatakan sepatah kata"<br />

"Tapi aku masih tetap berkuatir," kata sang Soebo. "Kim hoa Popo adaiah seorang yang<br />

sangat berhati-hati. Biarpun hari ini ia sudah pergi, dilain hari ia pasti akan datang pula untuk<br />

menyelidiki. Kami berdua harus menyingkirkan diri. Saudara kecil, aku ingin meminta<br />

pertolonganmu. Buatlah dua buah kuburan kosong dan tulisilah nama kami diatas batu nisan."<br />

Si bocah mengangguk sebagai tanda ia akan melakuknn permintaan itu.<br />

Ceng One dan Lan Kouw segera berkemas dan malam itu juga, dengan menumpang sebuah<br />

kereta keledai, mereka berangkat meninggalkan Ouw tiap kok. Boe Kie mengantar mereka<br />

sampai di mulut selat. Sesudah berkumpul dua tahun lebih dan sekarang meski berpisahan<br />

secara mendadak, Ceng Goe dan Boe Kie merasa sangat terharu. Sambil mengangsutkan<br />

sejilid buku tulisan tangan kepada si bocah, orang tua itu berkata. "Boe Kie, semua<br />

pelajaranku sudah tercatat dalam buku ini. Aku menghadiahkannya kepadamu. Aku merasa<br />

sangat menyesal bahwa racun Hian beng Sin ciang dalam tubuhmu masih belum dapat<br />

disingkirkan. Aku mengharap, bahwa sesudah mempelajari buku ini, kau sendiri akan<br />

mendapat jalan untuk mempunah racun itu. Dengan berkah Tuhan, dihari kemudian kita<br />

masih bisa bertemu lagi"<br />

Sambil menghaturkan banyak terima kasih, Boe Kie menerima hadiah itu.<br />

"Boe Kie," kata Lan Kouw, "kau bukan saja sudah menolong jiwa kami, tapi juga sudah<br />

mengakurkan kami berdua suami isteri. Menurut pantas, akupun harus memberikan semua<br />

pelajaran kepadamu.. Hanya sayang apa yang dipelajari olehku ada ilmu ilmu meracuni<br />

manusia yang tiada faedahnya. Aku hanya dapat memohon pada Tuhan Yang Maha Esa,<br />

supaya kau sembuh dalam tempo agar dihari kemudian aku masih bisa membalas sedikit<br />

budimu."<br />

Demikianlah, dengun rasa duka, mereka berpisahan.<br />

Sesudah kereta itu tak kelihatan bayangan-bayanganya lagi, barulah Boe Kie kembali<br />

kerumah Ceng Goe yang sudah kosong. Pada esokan paginya, ia segera membuat dua buah<br />

kuburan disamping rumah dan kemudian memanggil tukang batu untuk mendirikan bong pay<br />

(batu nisan). Diatas sebuah bong pay tertulis. "Kuburan Tiap kok Ie sian, Ouw Sinshe, Ceng<br />

Goe", sedang dilain bong pay tertulis. "Kuburan Nyonya Ouw, Ong sie"<br />

Kan Ciat, Sie Kong Wan dan yang lain-lain percaya, bahwa kedua suami isteri itu telah<br />

meninggal dunia karena sakit cacar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 478

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!