20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

akal menuju." Ia berdiam sejenak dan lula berkata pula. "Saudara Thio berusia sangat muda<br />

dan tak punya pengalaman dalam dunia Kang ouw, disamping itu pendata pendeta Siauw lim<br />

sie tentu bakal terus menerus manguber kau. Begini saja." Seraya berkata begitu, ia<br />

meloloskan gelang emas dari pergelangan tangannya dan lalu menyerahkannya kepada<br />

pamuda itu. "Bawahlah gelang ini kekota Siang yang dan minta bertemu dengan ayah ibuku,"<br />

katanya lagi. "Mereka pasti akan memperlakukan kau dengan baik. Begitu lantas kau sudah<br />

barada dibawah perlindungan kedua orang tuaku para pendata Siauw lim sia pasti tak akan<br />

menyukarkan kaulagi." Dengan air mata berlinang linang, Koen Pa menyambuti gelang mas<br />

itu.<br />

Sesaat kemudian Kwee Siang berkata pula dengan suara gerak. "Beritahukanlah kedua orang<br />

tuaku, bahwa aku tak kurang suatu apapun dan aku harap mereka tidak memikiri diriku.<br />

Ayahku paling suka dengan pemuda yang gagah dan sesudah bertemu dengan kau mungkin<br />

sekali ia akan mengambil kau sebagai murid. Adikku sederhana dan polos dan aku merasa<br />

pasti ia bisa bergaul rapat denganmu. Hanya Ciecieku yang agak sombong dan jika kalau ada<br />

orang yang punya salah sedikit saja, ia lalu menyemprotnya tanpa sungkan2lagi. Tapi asal kau<br />

bisa mengalah, kurasa tak bakal terjadi apa-apa yaag tidak diingini." Sehabis berkata ia<br />

memutar badan dan terus berjalan pergi.<br />

Dapat dibayangkan bagaimana besar kedukaan Thio Koen Po pada waktu itu. Dengan<br />

berlalunya Kwee Siang ia betul merasa, bahwa ia hidup sebatang kara dalam dunia yang leba.<br />

Lama, lama sekali ia berdiri bengong didepan tumpukan sisa kayu dan abu bekas membakar<br />

guranya. Sesudah kenyang memeras air mata, perlahan-lahan, dengan hati seperti diris-iris, ia<br />

berjalan pergi. Tapi baru saja belasan tombak, ia kembali lagi dan lalu mengambil pukulan<br />

serta sepasang tahang besi, peninggalan mendiang gurunya. Sesudah itu, barulah ia<br />

meninggalkan tempat itu dengan tindakan lumbung, dengan kesepian dan dengan kedukaan<br />

besar.<br />

Berselang kurang lebih setengah bulan, ia tiba didaerah Ouwpak dan sudah tak jauh lagi dari<br />

kota Siang yang. Untung juga, berkat pertolongan Boe sek Siang soe, dalam perjalanan itu ia<br />

tidak bertemu dengan pengejar pengejarnya.<br />

Hari itu, diwaktu lohor, ia berada dikaki sebuah gunung yang besar. Waktu tanya seorang<br />

dusun, baru ia tahu, bahwa gunung itu guanung Boe tong atau Boe tong san, yang bukan saja<br />

besar dan angker, dengan hutan2 lebat serta tebing2 curam, tapi juga sangat indah<br />

pemandangan alamnya.<br />

Selagi enak berjalan sambil memandang keindahan alam, tiba2 ia dilewati oleh dua orang<br />

pemuda dan pemudi dusun yang berjalan sambil berendeng pundak. Dilihat gerak geriknya<br />

tak bisa salah lagi mereka suami istri.<br />

Dengan kupingnya yang sangat tajam, Koen po dapat menangkap perkataan si isteri yang<br />

sedang ngomeli suaminya. "Kau satu laki2 sejati, tapi sebaliknya dari mendirikan rumah<br />

tangga dengan te<strong>naga</strong> sendiri, kau selalu mengandal kepada Ciecie dan Ciehoemu, sehingga<br />

akhirnya kau dihina. Kita berdua masih punya tangan dan kaki dan kita pasti bisa cari makan<br />

sendiri. Andaikata kita mesti hidup miskin dengan menanam sayur, tapi kita hidup dengan<br />

merdeka. Kau lelaki yang tak punya tulang punggung dan sungguh percuma kau hidup dalam<br />

dunia. Orang sering kata, kecuali mati, tak ada urusan besar. Apa kau tidak bisa hidup tanpa<br />

mengadai kepada orang lain?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 60

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!