20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Kami berdelapan kebetulan tak punya nyonya. Kau begitu cantik! Sungguh kebetulan! He he<br />

he he…”<br />

Tio Beng merogoh saku dan mengeluarkan delapan potong emas serta serenceng mutiara yg<br />

lalu ditaruh diatas meja. “Inilah semua milikku,” katanya. “Kami berdua adalah orang2 Rimba<br />

Persilatan juga. Kami harap dengan memandang persahabatan, kalian tak menganggu kami<br />

lagi.”<br />

“Bagus!” kata si pendeta tua. “Apakah aku bisa tahu nama partai kalian?”<br />

“Kami murid Siauw Lim Pay,” jawabnya. Siauw Lim Pay adalah sebuat partai besar dan<br />

dengan menyebutkan partai ebsar itu Tio Beng mengharap urusan akan jadi beres.<br />

Tapi diluar dugaan si tua lantas saja tertawa terbahak2. “Murid Siauw Lim Pay?” Ia menegas<br />

denga suara menyeramkan. “Sungguh kebetulan! Kami tidak bisa melawan hweeshio2 Siauw<br />

Lim Pay dan sekarang mendapat kesempatan untuk melampiaskan ganjelan kamu terhadap<br />

kamu.” Seraya berkata begitu, ia mengangsurkan tangannya untuk menarik Tio Beng. Si nona<br />

mundur, sehingga tangan itu menjambret angin.<br />

Boe Kie mengerti, bahwa baya sudah sangat mengancam. Ia dan Tio Beng terluka berat dan<br />

tidak bisa melawan. Selama beberapa tahun ia merobohkan banyak jago Rimba Persilatan yg<br />

kenamaan. Apa sekarang ia mesti binasa didalam tangan kawanan penjahat kecil? Tidak! Biar<br />

bagaimana pun juga, ia mesti melawan. “Beng Moay,” bisiknya “Kau sembunyi dibelakang<br />

ku. Aku masih bisa bereskan mereka.”<br />

Nona Tio sangat pintar. Tapi sekarang ia mati akal. “Siapa sebenarnya kamu semua?”<br />

“Kami adalah murid2 yang diusir dari Siauw Lim Sie,” jawab si perampok tua.<br />

“Kalau bertemu dengan anggota lain partai, kami masih bisa menaruh belas kasihan. Tapi<br />

terhadap orang Siauw Lim sie… huh.. huh!... semuanya mesti dibunuh.”<br />

“Bagus!” bentak Boe Kie. “Kamu pasti murid2 pendeta jahat Goan Tin. Bukan begitu?”<br />

Si perampok tua (Red: aslinya di bilang si nona) mengeluarkan seruan kage. “Heran!<br />

Bagaimana kau tahu?” tanyanya.<br />

“Kami justru mau ke Siauw lim sie.” Tio Beng mendahului. “Kami ingin menemui Tan Yoe<br />

Liang toako untuk mengangkat Gian Tin Taysoe menjadi Hong thio.” (Hong Thio kepala<br />

sebuah kelenteng).<br />

“Bagus!” seru si tua. “Sang Budha memang sangat murah hati.”<br />

“Ya.” Menyambung si nona, “kita semua harus bersatu padu untuk mencapai tujuanyg besar.”<br />

Semua penjahat itu tiba2 tertawa terbahak2.<br />

Kedelapan penjahat itu memang benar konco2 nya Tan Yoe Liang. Tan Yoe Liang lah yg<br />

membawa mereka ke Gian tin. Mereka berasal dari Rimba Hijau (kalangan perampok) dan<br />

memiliki ilmu yg cukup tinggi. Sesudah mendapat petunjuk2 Goan tin kepandaian mereka<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1269

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!