20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ie Ciang boen sendiri yang sukar dicari duanya dalam dunia ini. Ilmu itu bernama ilmu<br />

melupakan budi, ilmu membalas kebaikan dengan kejahatan.<br />

Bagaikan kalap Sian Ie Thong menyerang untuk menutup mulut pemuda itu. Ia menyerang<br />

dengan silat Eng coa Sang sie pek (Pertempuran mati hidup antara burung elang dan ular),<br />

salah satu ilmu silat terhebat dari Hwa san-pay yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus. Ia<br />

menutup kipas dan mencekalnya dalam tangan kanan sehingga gagang kipas yang menonjol<br />

keluar merupakan kepala ular yang digunakan untuk menotok dan menikam. Lima jari tangan<br />

kirinya yang dipentang lebar seolah-olah cakar elang yang menyambar-nyambar untuk<br />

mencoba mencengkram Boe Kie.<br />

Eng coa Sang sie pek adalah ilmu simpanan dari Hwa san-pay. Pada seratus tahun yang<br />

lampau, waktu berada di gunung Hok goe-san seorang pendekar Hwa san-pay yang bernama<br />

In Pek Thian telah menyaksikan pertempuran hidup mati antara seekor elang dan seekor ular.<br />

Ia mendapat ilham dan belakangan mengubah ilmu tersebut.<br />

Elang berkelahi dengan ular sebenarnya bukan kejadian langka. Semenjak dulu banyak ahli<br />

sudah mengubah ilmu-ilmu baru berdasarkan pertempuran antara binatang dan binatang. Tapi<br />

Eng coa Sang sie pek agak beda dari yang lain. Perbedaannya adalah ilmu itu gerakan elang<br />

dan ular dikeluarkan bersama-sama dengan kecepatan luar biasa. Terhadap orang biasa, ilmu<br />

ini sangat membingungkan karena serangan menyambar dari kiri ke kanan dalam gerakan<br />

yang berbeda-beda maka jika seseorang menjaga di bagian kiri, ia tak akan bisa menjaga di<br />

bagian kanan.<br />

Baru beberapa gebrakan Boe Kie sudah tahu, biarpun mahir dalam ilmu itu, te<strong>naga</strong> Sian Ie<br />

Thong masih jauh dari cukup. Sesudah lewat beberapa jurus, ia berkata, Sian Ie Ciang boen,<br />

ada satu hal yang kurang dimengerti olehku dan aku ingin meminta penjelasan. Dulu kau<br />

mendapat tujuh belas luka dan keadaanmu lebih baik mati daripada hidup. Ada orang yang<br />

tanpa tidur tiga hari tiga malam sudah menolongmu dan mengobati kau hingga kau sembuh.<br />

Ia mengangkat saudara denganmu dan memperlakukanmu seperti saudara kandungnya<br />

sendiri. Tapi mengapa kau begitu jahat sehingga kau membinasakan adik perempuan orang<br />

itu?<br />

Sian Ie Thong gusar bukan kepalang dan berteriak, Ouw. Ia sebenarnya ingin mengatakan<br />

Ouw swee Pat-to (omong kosong) dan berniat menjatuhkan tuduhan yang tidak-tidak terhadap<br />

Boe Kie supaya pemuda itu gusar dan konsentrasi pikirannya terpecah sehingga dengan<br />

mudah ia bisa melaksanakan niat jahatnya. Di luar dugaan, baru saja ia berkata Ouw,<br />

semacam te<strong>naga</strong> yang lembek dahsyat menindih dadanya yang lantas saja sesak sehingga ia<br />

tak bisa meneruskan perkataannya. Mati-matian ia mengerahkan Lweekang untuk melawan<br />

te<strong>naga</strong> itu.<br />

Jilid 42_________________<br />

Sementara itu, Boe Kie sudah berkata pula dengan suara nyaring. Benar! Kau rupanya masih<br />

ingat orang she Ouw itu. Mengapa kau tidak bicara terus? Sungguh mengenaskan matinya<br />

nona Ouw. Apakah di dalam hatimu kau tidak pernah merasa malu?<br />

Dengan napas mengap-mengap Sian Ie Thong menyerang bagaikan kalap. Boe Kie sengaja<br />

mengendurkan tekanan te<strong>naga</strong>nya dan Sian Ie Thong lantas saja merasakan seakan-akan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 772

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!