20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Semenjak dilahirkan, inilah untuk pertama kali Boe Kie merasakan pengarah seorang wanita.<br />

Kalau waktu itu Kioe Tin memerintahkan ia melompat ke dalam api, ia pasti akan melompat.<br />

Dengan hati berdebar-debar ia lalu duduk di kursi yang ditunjuk.<br />

Melihat perlakuan nona mereka yang begitu ramah tamah terhadap bocah kotor dan bau itu,<br />

bukan main rasa herannya Siauw Hong dan Kiauw Hok.<br />

Tiba-tiba Kioe Tin membentak. Jantung!<br />

Seekor anjing lantas saja melompat dan menerjang. Tapi daging yang tergantung di bagian<br />

jantung dari orang yang sudah tidak ada lagisudah dimakan oleh anjing lain dan anjing itu<br />

lantas menggigit potongan daging yang digantung di bawah ketiak.<br />

Binatang! bentak si nona. Kau berani melawan!<br />

Terrrr!....Terrr., ia menyabet dua kali. Pada pecut itu dipasang duri-duri halus, sehingga di<br />

badan anjing yang dihajar lantas saja terlihat dua garis yang bersemu darah. Tapi anjing itu,<br />

yang rupanya sudah lapar, masih tidak melepaskan daging yang digigitnya. Bukan saja begitu,<br />

dia bahkan menggeram.<br />

Nona Coe mengkin jadi gusar. E..eh! Benar-Benar kau melawan! bentaknya dan pecutnya<br />

lantas saja menyambar-nyambar bagaikan kilat. Ia memukul dengan gerakan lincah dan<br />

meskipun anjing itu bergulingan di lantai, setiap sabetannya selalu mengenai sasaran,<br />

sehingga akhirnya, binatang itu tidak berani bergerak lagi dan mendekam sambil<br />

mengeluarkan suara minta diampuni. Tapi Kioe Tin masih memukul dan baru berhenti setelah<br />

binatang itu tidak bias berkutik lagi dan napasnya tinggal sekali-sekali. Kiauw Hok, bawa dia<br />

keluar dan obati lukanya.<br />

Baiklah, jawabnya dan ia lalu memondong anjing itu.<br />

Melihat contoh yang hebat itu, anjing-anjing lain mendekam tak berani berkutik.<br />

Sesudah itu, dengan beruntun-runtun Kioe Tin mengeluarkan perintah. Betis kiri! Bahu<br />

kanan! Mata!<br />

Tiga ekor anjing dengan beruntun melompat dan menggigit menurut perintah.<br />

Saudara kecil, lihatlah! kata si nona sambil tersenyum. Kalau tidak dijambak, mana mereka<br />

mau dengar kata?<br />

Walaupun telah menderita karena serangan kawanan anjing, tapi melihat hajaran hebat yang<br />

diberikan oleh nona Coe, Boe Kie merasa kasihan dan tidak dapat membenarkan tindakan<br />

nona yang dianggap kejam olehnya.<br />

Melihat Boe Kie membungkam, si nona tertawa dan berkata pula. Tadi kau mengatakan tak<br />

gusar. Tapi mengapa kau tak mau bicara? Bagaimana kau bias berada di wilayah See Hek, di<br />

wilayah barat ini. Dimana ayah dan ibumu?<br />

Sebelum menjawab, si bocah memikirkan sejenak. Ia merasa, bahwa dalam keadaan yang<br />

seperti ini, jika menyebutkan nama Tay Soehoe atau kedua orang tuanya merendahkan derajat<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 538

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!