20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ilmu, yaitu ilmu main khim, ilmu pedang dan ilmu main catur. Mengenai ilmu main khim dan<br />

main catur, para pendeta tidak menghiraukannya. Yang mereka harus ber-siap2 yalah untuk<br />

menghadapi ilmu pedang dari orang itu. Maka itulah, semenjak mendapat tantangan, siang<br />

malam ahli-ahli pedang Siauw lim sie berlatih keras.<br />

Sementara itu, karena merasa sengketa dengan Koen loan Sam seng adalah gara-gara mereka,<br />

Phoa Thian Keng dan kedua Soetee nya ingin sekali bisa membereskan pertikaian tersebut<br />

dengan tangan mereka sendiri, Untuk memapaki dengan menunggang kuda, setiap hari ia<br />

meronda disekitar gunung. Mereka kepingin sekali menjajal kepandaian lawan diluar kuil dan<br />

sesudah itu barulah mereka ingin balik kekuil, supaya Koen loen Sam seng bisa mengukur<br />

te<strong>naga</strong> dengan para pendeta.<br />

Dengan demikian mereka pikir biarlah dilihat, apa cabang Tiong cioe atau cabang See ek dari<br />

Siauw lim pay yang lebih unggul.<br />

Tapi diluar dugaan, dalam pertandingan di pendopo batu, dengan mudah mereka telah<br />

dirobohkan oleh Ho Ciok Tao.<br />

Begitu mendapat warta tentang kekalahan Phoa Thian Keng dan 2 Soeteenya Thian beng Sian<br />

soe insaf, bahwa hari itu adalah hari memutus utuh runtuhnya nama Siauw lim sie.<br />

Biar bagaimanapun juga, gelar "sumber pelajaran Lima silat dikolong langit" yang sudah<br />

dipertahankan Siauw lim sie selama ribuan tahun, tak boleh hancur dalam tangannya. Tapi<br />

dalam pada itu, ia agak keder, karena merasa bahwa kepandaiannya, kepandaian Boe sek dan<br />

Boe siang, Tidak lebih unggul banyak diatas kepandaian Phoa Thian Keng bertiga, itulah<br />

sebabnya mengapa dengan terpaksa ia mengundang Cit long Sim sian tong untuk turut keluar<br />

menyambut, guna mem beri bantuan jika perlu. Tapi sampai berapa tinggi kepandaian tujuh<br />

tetua itu, ia dan Boe sek serta Boa siang juga tak tahu pasti. Apa jika ada bahaya Cit loo bisa<br />

menolong muka siauw lim sie masih merupakan sebuah teka teki.<br />

Begitu berhadapan dengan Ho Ciok Too dan Kwee Siang, Thian beng segera merangkap<br />

kedua tangannya seraya berkata. "Apakan Kie soe (tuan) yang mahir dalam ilmu Khim Knim<br />

Kie? Loo ceng (aku pendeta tua) tidak bisa menyambut dari jauh dan untuk itu, aku harap Kie<br />

soe, suka memaafkan,"<br />

Ho Ciok Too segera membalas hormat dengar membungkuk. "Boanseng (orang yang<br />

tingkatannya rendah) merasa tidak enak hati sudah mengacau dikuil yang angker ini dan Boan<br />

seng sungguh tidak sanggup menerima penyambutan yang begini besar"<br />

Mendengar jawaban itu, Thian beng berkata dalam hatinya. Kata2nya cukup menyenangkan.<br />

Dilinat dari romannya, ia baru berusia kira2 tiga puluh tahun. Apa benar ia mempunyai<br />

kepandaian tinggi?" Memikir begitu, ia lantas saja berkata lagi: "Ho Kie toe jangan terlalu<br />

sungkan. <strong>Mar</strong>ilah kita masuk untuk minum air teh dingin dan Lie kie soe (nona) ini ..." ia<br />

tidak meneruskan perkataannya dan pada paras mukanya terlihat perasaan sangsi.<br />

Melihat pendeta itu mau menolak Kwee Siang, Ho Ciok Loo dongak dan tertawa tawa 2.<br />

"Loo hong thio," Katanya, "Boan-seng datang kemari karena menerima permintaan seseorang<br />

untuk menyampaikan sepatah kata. Sesudah menyampaikan ita, Boan seng akan segera<br />

berlalu. Akan tetapi, peraturan dalam Kuil Loa bong thio yang memandang tinggi kepada pria<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 44

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!