20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dalam sakit hatinya, Boe Kie sebenarnya sudah ingin meembinasakan nona Tio. Tapi melihat<br />

si nona dalam keadaan pingsan, tiba tiba hatinya lemas dan ia melepaskan cekikannya,<br />

sehingga si nona lantas saja roboh dengan kepala terpukul batu lantai.<br />

Sesudah bersilang beberapa lama, perlahan lahan Tio Beng tersadar. Ia membuka kedua<br />

matanya dan melihat paras muka Boe Kie yang mengunjuk rasa kuatir. Sesudah si nona<br />

tersadar, Boe Kie menahan nafas lega.<br />

“Apa benar In Kouwnio sudah meninggal dunia?” tanya Tio Beng.<br />

Darah pemuda itu bergolak lagi. “Digores pedang tujuh belas delapan belas goresan<br />

bagaimana dia bisa hidup?” jawabnya dengan suara gemetar.<br />

“Siapa… siapa yang kata aku berbuat begitu?” tanya Tio Beng. “Apa Cioe Kouwnio?”<br />

“Cioe kouwnio tidak pernah memfitnah orang. Dia sama sekali tidak menuduh kau.”<br />

“Apa In Kouwnio sendiri yang kata begitu?”<br />

“In Kouwnio tidak bisa bicara. Binatang di pulau itu hanya terdapat lima orang. Apa ini<br />

perbuatan Giehoe? Apa aku? Apa In Kouwnio yang membacok dirinya sendiri? Hmm..!<br />

Kutahu jalan pikiranmu. Kau turunkan tangan jahat sebab kau takut aku menikah dengan<br />

piauw moay. Sekarang aku bicara terus terang. Tak peduli dia mati atau hidup, aku tetap<br />

menganggapnya sebagai isteriku.”<br />

Tio Beng menundukkan kepalanya. Lama ia berdiri terpaku. Akhirnya ia bertanya.<br />

“Bagaimana kau bisa kembali ke Tionggoan?”<br />

Boe Kie tertawa dingin. “Kami bisa kembali berkat kemuliaan hatimu,” katanya dengan nada<br />

mengejek. “Kau mengirim angkatan laut untuk mencari kami. Untung juga Gie hoe tidak<br />

setolol aku. Karena kecerdasan Gie hoe, kami tak masuk ke dalam perangkapmu. Kami tahu,<br />

bahwa kau telah mempersiapkan kapal2 meriam untuk menenggelamkan kapal yang<br />

ditumpangi kami. Tapi lihatlah! Tipu busukmu tak berhasil.”<br />

Sambil mengusap usap pipinya yang bengkak, si nona menatap wajah Boe Kie. Mendadak<br />

kedua matanya mengeluarkan sinar kasihan dan mencinta. Ia menghela nafas panjang.<br />

Buru2 Boe Kie memalingkan kepala ke lain jurusan, sebab ia kuatir terjatuh di bawah<br />

pengaruh kecantikan. Ia menjejak bumi dan berkata, “Aku pernah bersumpah untuk membalas<br />

sakit hati piauwmoay. Aku mengakui kelemahanku dan hari inin aku tidak bisa turun tangan.<br />

Kau terlalu jahat! Di lain hari kau pasti akan jatuh ke dalam tanganku!” Sehabis berkata<br />

begitu, ia berjalan keluar dengan tindakan lebar.<br />

Tapi baru saja ia berjalan belasan tombak, Tio Beng sudah memburu. “Thio Boe Kie! Mau<br />

kemana kau?” teriak si nona.<br />

“Kau tak perlu tahu!”<br />

“Aku mau bicara dengan Cia tayhiap dan Cioe Kouwnio. Antarkan aku kepada mereka!”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1159

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!