20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kepandaian mereka, kami belum pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Mungkin<br />

sekali pujian2 itu diberikan oleb orang2 kampung yang belum pernah melihat luasnya dunia."<br />

Touw Tay Kim hanya bersenyum. Sebagai seorang yang mempunyai pengetahuan banyak<br />

lebih tinggi daripada kedua Piauw-tauw itu, ia yakin, bahwa nama besarnya boe tong pay<br />

bukan nama kosong dan Boe-tong Cit hiap pasti memiliki kepandaian luar biasa. Akan tetapi<br />

karena selama duapuluh tahun lebih ia memang jarang bertemu dengan tandingan maka ia<br />

sangat percaya akan kepandaiannya sendiri. Sudah ber-ulang2 ia mendengar umpakan kedua<br />

piauw tauw itu dan sebagai manusia biasa, ia tetap merasa girang setiap kali, mendengar<br />

pujian yang muluk.<br />

Sembari ber-omong2 ketiga piauw tauw itu, berjalan dangan rendengkan kuda mereka<br />

semakin lama jalanan gunung semakin sempit, sehingga orang tidak bisa jalan berendeng dan<br />

Soe Piauw tauw lalu menahan les kuda untuk berjalan disebelah belakang.<br />

"Cong piauw tauw kalau sebentar kita bertemu dengan Thio Sam Hoag, peradatan apa yang<br />

dijalankan kita", tanya Ciok piauw tauw.<br />

"Kita bukan dari partai dan tak punya ikatan apupun juga" jawabnya. "Akan tetapi Thio Sam<br />

Hong sudah beusia sembilan puluh tahun dan dalam Rimba Persilatan dapat dikatakan ialah<br />

yang merasa paling tua. Untuk menghormati seorang Ciau pwee dari Rimba Persilatan tidak<br />

halangannya jika kira berlutut dihadapannya."<br />

"Menurut pendapatku, begitu bertemu kita berteriak: "Thio Cinjin, Boanpwee memberi<br />

hormat dengan berlutut!" ia tentu akan belaku sungkan dan coba mencegah", kata Ciok Piau<br />

tauw, "dengan demikian kita boleh tidak usah menjalankan peradatan yang besar itu.."<br />

Touw Tay Kim tidak memberi jawaban. Ia hanya bersenyum karena ia sedang coba menebak<br />

asal usul Jie Thay Giam.<br />

Selama sepuluh hari Thay Giam tidak pernah bergerak dan juga tidak pernah mengeluar kan<br />

sepatah kata. Makan minumnya dan segalanya harus ditolong oleh pegawai piauw kiok.<br />

Sudah beberapa hari Tauw Tay Kim dan lain piauw tauw coba men duga2 tapi mereka tetap<br />

tak bisa menebak siapa adanya pemuda itu. Apa dia murid Boe tong pay? Sahabat atau musuh<br />

Boe tong? Semakin mendekat Boe tong san semakin besar rasa heran mereka. Tapi mereka<br />

ingat bahwa begitu lekas bertemu dengan Thio Sam Hong teka teki itu akan terpecah<br />

sendirinya. Hanya mereka tak tahu apa pertemuan itu akan berbuntut dengan kecelakaan atau<br />

keberuntungan.<br />

Selagi Touw Tay Kim mengasah otak disebelah barat tiba2 terdengar suara kaki kuda. Untuk<br />

menyelidiki Ciok piauw tauw lantas saja mengebrak tunggangannya yang segera kabur<br />

terlebih dulu. Beberapa saat kemudian ia melihat enam penunggang kuda yang setelah berada<br />

dalam jarak belasan tombak dari rombongan piauw mendadak menahan les dan menghadang<br />

ditengah jalan. Tiga orang terbaris didepan dan tiga orang disebelah belakang.<br />

"Apakah bakal muncul rintangan dikaki Boe tong san?" Touw Tay Kim bertanya didalam<br />

hati. Ia mendekati Soe Piauw tauw dan ber bisik. "Hati2 jaga kereta."<br />

Sementara itu seorang pegawai piauw kiok sudah meng-goyang2 bendera ikan gabus sebagai<br />

satu pemberian harmat, sedang Touw Tay Kim sendiri segera majukan kudanya untuk<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 94

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!