20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ayah dan ibuku mati karena didesak orang, kata Boe Kie dengan suara berduka. Hari itu di<br />

gunung Boe tong san, di hadapan jenazah kedua orang tuaku, aku telah bersumpah bahwa di<br />

kemudian hari sesudah aku besar, aku akan membalas sakit hati. Aku mengingat muka orangorang<br />

Siauw liem, Go bie, Koen loen dan Khong tong-pay yang waktu itu berada di Boe tong.<br />

Saya masih kecil dan hatiku penuh dengan kebencian. Tapi sesudah aku besar, sesudah aku<br />

memperoleh lebih banyak pengetahuan, sakit hatiku kian lama kian berkurang.<br />

Pada hakekatnya aku tak tahu siapa yang sebenarnya sudah mencelakai kedua orang tuaku.<br />

Saya tidak boleh menuduh Khong tie Siansoe, Thie kim Sianseng dan tokoh-tokoh lain. Aku<br />

tidak boleh menuduh kakek atau pamanku (In Ya Ong), aku bahkan tidak pantas menuduh<br />

orang-orangmu seperti A-toa, A-jie, Hian-beng Jie lo dan yang lainnya. Selama beberapa hari<br />

aku merenungkan hal itu dalam pikiranku. Apabila manusia tidak saling bunuh, apabila semua<br />

manusia hidup damai dan bersahabat, bukankah kehidupan akan menjadi lebih berarti<br />

daripada sekarang ini? Pikiran itu sudah lama berada dalam otaknya tapi sebegitu jauh belum<br />

pernah ia utarakan kepada orang lain. Malam itu entah bagaimana ia membuka isi hatinya<br />

kepada Tio Beng dalam rumah makan kecil itu. Sesudah bicara, ia sendiri malah merasa heran<br />

mengapa ia sudah bicara begitu.<br />

Tio Beng tahu bahwa Boe Kie bicara sungguh-sungguh. Hatimu sangat mulia, katanya<br />

sesudah berdiam beberapa saat. Manusia seperti aku tidak bisa berbuat seperti kau. Kalau ada<br />

orang membinasakan ayah dan kakakku, aku bukan saja akan menumpas keluarganya tapi<br />

bahkan membasmi sahabat-sahabat dan kenalan-kenalannya.<br />

Aku pasti akan merintangi.<br />

Mengapa begitu?<br />

Karena lebih banyak kau <strong>membunuh</strong> manusia, lebih besar dosamu dan lebih berbahaya<br />

keadaanmu. Tio Kauwnio, bilanglah terus terang, apa kau pernah <strong>membunuh</strong> orang?<br />

Sampai kini, belum. Tapi sesudah aku lebih tua, aku akan <strong>membunuh</strong> banyak sekali manusia.<br />

Leluhurku Kaisar Genghiz Khan, Kubilai-khan dan yang lain. Sungguh sayang aku seorang<br />

wanita. Kalau lelakihuh huh! Aku pasti akan melakukan sesuatu yang maha besar. Ia<br />

menuang arak ke cawannya dan meneguk isinya. Setelah itu, ia tertawa dan berkata pula, Thio<br />

Kongcoe, kau belum menjawab pertanyaanku.<br />

Bila kau <strong>membunuh</strong> Cioe Kauwnio atau salah seorang sahabatku maka aku takkan<br />

menganggapmu sebagai sahabat lagi, jawabnya. Aku tak mau bertemu muka lagi selamalamanya<br />

dan jika bertemu juga aku takkan mau bicara lagi denganmu.<br />

Dengan demikian, kau kini menganggapku sebagai sahabatmu, bukan? tanya si nona dengan<br />

suara dingin.<br />

Andaikata aku membenci kau, aku tentu sungkan minum bersama kau di tempat ini, sahutnya.<br />

Hai!...Aku merasa sukar untuk membenci orang. Di dunia ini, manusia yang paling dibenci<br />

olehku adalah Hoen-goan Pel lek-cioe Seng Koen. Tapi setelah dia mati aku berbalik merasa<br />

kasihan di dalam hati, seolah-olah aku mengharap supaya dia tak mati.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 978

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!