20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sekarang, mengingat nasib dua orang muridnya, tanpa merasa ia menghela napas panjang.<br />

Tak lama kemudian, si tukang perahu sudah selasai masak dan menaruh empat macam<br />

makanan dengan daging ayam, daging babi, ikan dan sayur, bersama sebakul nasi dan diatas<br />

sebuah meja kecil.<br />

Sam Hong segera menyilakan kedua tamunya makan lebih dulu, sebab ia sendiri ingin<br />

manyuapkan Boe Kie yang tidak bisa bergerak. Atas pertanyaan Siang Gie Coen, ia<br />

menerangkan sebab musababnya.<br />

Karena hatinya berduka, Boe Kie tidak bisa makan banyak. Baru saja menelan satu dua suap,<br />

ia sudah menggeleng-gelengkan kepala.<br />

Tiba tiba Tit Jiak mengambil mangkok nasi dan sumpit dari tangan Sam Hong. "Too tiang,<br />

kau makan lebih dulu. Biar aku saja yang menyuapkan Toako," katanya.<br />

"Aku sudah kenyang," kata Boe Kie.<br />

"Toako, jika kau tak mau makan, Too tiang jadi kesal dan iapun tidak akan mau makan," kata<br />

si nona dengan halus. "Apa kau tega membiarkan orang tua itu kelaparan?"<br />

Boe Kie merasa perkataan gadis itu ada benarnya juga. Maka, waktu Tit Jiak mengangsurkan<br />

sendok nasi kemulutnya, ia lalu membuka mulut data memakannya. Dengan hati-hati, si nona<br />

kecil mencabut tulang-tulang ikan dan ayam dan pada setiap sendok nasi, ia menambahkan<br />

kuah daging, sehingga menimbulkan napsu makan dan tidak lama kemudian, Boe Kie sudah<br />

menghabiskan semangkok nasi.<br />

Melihat begitu, Sam Hong merasa terhibur, Diam-diam ia merasa bahwa dalam sakitnya yang<br />

begitu berat, Boe Kie memang harus dirawat oleh seorang wanita yang halus budi pekertinya.<br />

Semeatara itu, Siang Gie Coen makan dengan bernapsu. Ia telah menghabiskan semangkok<br />

sayur dan empat mangkok nasi, tapi daging dan ikan tidak disentuh olehnya.<br />

Dilain pihak, meskipun ia seorang toosoe, Sam Hong sendiri makan makanan berjiwa.<br />

Melihat nafsu makan Siang Gie Coen, ia segera menawarkan daging dan ikan kepada<br />

tamunya itu.<br />

"Thio Cinjin," kata si brewok, "Sebagai orang yang memuja Po sat, aku tidak makan makanan<br />

berjiwa."<br />

"Ah ! Aku lupa," kata Sam Hong.<br />

Dalam kalangan "agama siluman", peraturan paling dipegang keras sekali. Anggauta "agama"<br />

itu setiap hari hanya diperbolehkan makan satu kali dan dilarang makan makanan berjiwa.<br />

Peraturan itu sudah berjalan sedari jaman kerajaan Tong. Oleh sebab sepanjang masa<br />

pemerintah selalu berusaha untuk membasminya, sedang orang-orang Rimba persilatan juga<br />

memandangnya rendah, maka anggauta-anggauta "agama" sesat sangat berhati hati dalam<br />

segala sepak terjangnya. Mereka tidak makan makanan berjiwa karena dilarang "agama" nya<br />

tapi terhadap dunia luar, mereka selalu mengatakan, bahwa mereka ciacay (hanya makan<br />

sayur sayur) sebab menyembah Po sat atau Sang Buddha. Mereka tidak berani mengakui<br />

siapa sebenarnya mereka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 397

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!