20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan tangan kanan, mencekal kemudi tangan kiri memeluk pinggang si nona, ia<br />

mengempos semangat dan mengerahkan seluruh Lweekang untuk mempertahankan diri dari<br />

serangan-serangan topan dan gelombang.<br />

Semua anak buah perahu sudah habis disapu air. Jika Cia Soen, Coei San dan So So tidak<br />

memiliki ilmu tinggi, siang-siang merekapun sudah ditelan laut.<br />

Untung juga, perahu itu sangat kuat buatannya, sehingga, walaupun diserang begitu hebat,<br />

tidak sampai jadi berantakan.<br />

Dilain saat, untuk penambahan penderitaan, hujan turun seperti dituang tuang.<br />

Sementara itu, sesudah merubuhkan semua tiang layar, sambil merangkak Cia Soen pergi<br />

kebelakang perahu. "Thio Heng tee, terima kasih untuk bantuanmu," katanya. "Serahkan<br />

kemudi kepadaku dan pergilah kalian mengaso digubuk perahu."<br />

Coei San lalu menyerahkan kemudi kepadanya dan sambil menuntun tangan si nona, ia<br />

menuju kegubuk perahu. Tapi baru berjalan beberapa tindak, se-konyong2 sebuah gelombang,<br />

sebesar bukit menghantam dengan dahsyatnya. Karena serangan itu datang secara sangat<br />

mendadak,<br />

sekali ini Coei San tidak dapat mempertahankan dirinya lagi. Badan mereka tersapu dan<br />

terpental keluar perahu .<br />

Dilain detik tubuh Coei San sudah berada ditengah udara dan melayang turun keatas<br />

gelombang! Dalam bingungnya, ia berhasil menjambret pergelangan tangan So So. Pada saat<br />

itu, ia hanya ingat untuk binasa bersama dengan si nona<br />

Tapi baru saja tangan kirinya mencekal pergelangan tangan nona In, sekonyong-konyong<br />

sehelai tambang menyambar dan melibat lengan tangan kanannya. Hampir berbareng, ia<br />

merasa badannya ditarik kebelakang, akan kemudian, bersama sama So So, jatuh diatas papan<br />

perahu. Yang menolong mereka adalah Cia Soen sendiri. Pada saat yang sangat genting, Cia<br />

Soen menjemput seutas tambang layar yang kebetulan menggetetak didekat kakinya, sehingga<br />

pada detik terakhir, jiwa kedua orang muda itu ketolongan.<br />

Itulah kejadian yang sangat diluar dugaan, "Sungguh berbahaya !" mengeluh Cia Soen. Kalau<br />

tambang itu tidak kebetulan berada didekatnya, biarpun mempunyai kepandaian yang sepuluh<br />

kali lipat lebih tinggi, ia tentu tidak berdaya.<br />

Dengan merangkak, Coei San dan So So lalu masuk kedalam gubuk perahu. Perahu terus ter<br />

ombang-ambing, sebentar seperti berada dipuncak gunung dan sebentar seperti masuk<br />

kedalam lembah. Tapi bagi mereka yang seolah-olah baru saja bangun dari kuburan, semua<br />

bahaya itu tidak ada artinya lagi. "Ngoko," bisik nona In. "Jika kita bisa hidup terus, aku tak<br />

mau berpisahan dengan kau untuk selama-lamanya."<br />

"Akupun justeru begin mengatakan begitu," kata Coei San. "Langit diatas, bumi dibawah,<br />

diantara manusia dan didasar lautan, kita akan tetap bersama-sama."<br />

Si nona menghela napas. "Benar," bisiknya pula. "Langit diatas, bumi dibawah, diantara<br />

manusia dan didasar lautan, kita akan tetap bersama-sama."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 200

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!