20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Cie Jiak tidak menyahut. Ia hanya menggelengkan kepalanya dan mengawasi api lilin dengan<br />

mata mendelong. Mendadak air matanya mengucur. Han Lim Jie kaget bercampur bingung, ia<br />

tak tahu apa yang harus diperbuatnya.<br />

Lama juga nona Cioe berdiri bengong seperti orang linglung. Tiba-tiba ia tersadar dan<br />

mengeluh dengan suara perlahan.<br />

"Cioe Kouwnio, siapa yang menyakitimu?" tanya Han Lim Jie. "Beritahukanlah kepadaku. Si<br />

orang she Han akan tikam dia."<br />

Cie Jiak tetap membungkam. Sambil menghela napas, ia bertindak keluar dan masuk ke<br />

kamarnya sendiri. Sesudah duduk beberapa lama, ia keluar lagi.<br />

Han Lim Jie jadi makin bingung. Tak lama kemudian kentong berbunyi tiga kali. "Mengapa<br />

Kauwcoe dan Pheng Taysoe belum juga balik?" tanyanya didalam hati, "Tak lama ada jalan<br />

lain dari pada tunggu pulangnya mereka." Walaupun berkuatir, ia tidak berani menengok si<br />

nona yang sudah masuk lagi ke kamarnya. Ia lalu merebahkan diri di pembaringan.<br />

Dalam keadaan setengah tidur, sekonyong-konyong ia mendengar suara gedubrukan di kamar<br />

Cie Jiak, seperti jatuhnya kursi. Ia melompat bangun dan berlari-lari ke kamar nona Cioe.<br />

Dengan bantuan sinar rembulan, dari luar jendela ia lihat bayangan sesosok tubuh manusia<br />

yang bergelantungan dan bergoyang-goyang dengan perlahan. Dengan hati mencelos ia<br />

berteriak "Cioe Kouwnio ! ... Cioe Kouwnio ..."<br />

Ia menolak pintu, tapi pintu ditimpal dari dalam. Tanpa memikir panjang lagi, dengan<br />

seantero te<strong>naga</strong>, ia mendorong pintu dengan pundaknya, sehingga timpal pintu patah. Ia<br />

masuk ke dalam dan segera menyalakan lilin. Cocok dengan dugaannya, nona Cioe<br />

menggantung diri dengan seutas tambang yang diikatkan pada balok rumah dengan lehernya<br />

sendiri. Bagaikan kalap, ia melompat tinggi, menjambret tambang dan menarik sekuatkuatnya,<br />

sehingga tambang itu putus. Dengan tangan bergemetaran, ia mendukung tubuh si<br />

nona dan merebahkannya diatas pembaringan. Seperti disambar halilintar, ia mendapat<br />

kenyataan, bahwa nona Cioe sudah tidak bernapas! "Cioe Kouwnio !.... Cioe Kouwnio !..." ia<br />

sesambat.<br />

Tiba-tiba diluar kamar terdengar suara seorang. "Han Toako, ada apa?" Orang itu lantas<br />

masuk kedalam dan dia bukan lain daripada Boe Kie sendiri. Melihat tunangannya, bukan<br />

main kagetnya, pemuda itu. Buru-buru ia membuka ikatan tambang pada leher Cie Jiak dan<br />

meraba dadanya. Untung juga jantungnya masih berdenyut. "Masih bisa ditolong," katanya<br />

dengan suara lega. Ia lalu mengurut punggung Cie Jiak dan mengirim Kioeyang Cin khie<br />

kedalam tubuh si nona.<br />

Beberapa saat kemudian Cie Jiak berteriak, "Uah!" dan lalu menangis. Ia membuka matanya<br />

dan begitu melibat Boe Kie ia berkata "Biar aku mati! Aku lebih baik mati!" Mendadak ia<br />

lihat bibir Boe Kie yang berdarah dan bertanda tapak gigi, darahnya lantas saja bergolak dan<br />

dengan sekuat te<strong>naga</strong> ia menggaplok.<br />

Han Lim Jie terkesiap. Ia berdiri terpaku dan mengawasi dengan mata membelalak. Pihak<br />

mana yang harus diambil olehnya? Di satu pihak Kauwcoe yang dipujanya, dilain pihak calon<br />

nyonya Kauwcoe yang juga dipandangnya seperti dewi. Selagi kebingungan mendadak<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1230

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!