20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie jadi gusar. Ia tak keberatan untuk berdiam lebih lama dalam jebakan itu. Tapi<br />

bagaiman keselamatan kakeknya dan yang lain2? Ia menyengkeram tangan si nona terlebih<br />

keras dan membentak, Kalau kau tidak segera melepaskan aku, terlebih dahulu aku akan<br />

segera mengambil jiwamu.<br />

Tio Beng tertawa, Jika kau bunuh aku, kau takkan bisa keluar dari penjara ini, katanya. Eh!...<br />

perlu apa kau pegang tanganku?<br />

Boe Kie jadi malu hati. Buru2 ia melepaskan cekalannya, mundur dua tindak dan lalu duduk<br />

di lantai. Tapi karena sumur itu terlalu kecil, mau tidak mau ia mengendus juga bebauan<br />

wangi yang keluar dari badan si nona.<br />

Makin lama ia makin mendongkol. Tiba-tiba ia berbangkit dan berkata dengan suara gusar,<br />

Beng kauw dan kau belum pernah sama sekali bermusuhan. Mengapa kau begitu jahat?<br />

Ada banyak hal yang tak dimengerti olehmu jawabnya. Sebab kau sudah bertanya begitu,<br />

biarlah aku menceritakan sebab musababnya, dari kepala sampai di buntut. Apa kau tahu<br />

siapa sebenarnya aku?<br />

Boe Kie ingin sekali mendengar asal usul dan maksud nona itu. Tapi kalau ia mendengar<br />

cerita, mungkin sekali In Thian Ceng dan yang lain sudah keburu mati. Apapula, cerita wanita<br />

itu tentu benar. Jalan satu2nya adalah memaksa supaya ia membuka papan tutupan. Memikir<br />

begitu, ia lantas saja berkata, Aku tak punya waktu untuk mendengari ceritamu.jawablah<br />

pertanyaanku. Kau mau atau tidak mau teriaki orang-orangmu untuk membuka papan tutupan<br />

itu?<br />

Aku sudah memberitahukan kau bahwa semua orang2ku tak berada di sini, jawabnya. Selain<br />

itu teriakan yang bagaimana keraspun takkan terdengar di luar jebakan ini.<br />

Darah Boe Kie meluap, bagaikan kalap ia menubruk. Tio Beng kaget dan coba melawan, tapi<br />

jalan darahnya segera tertotok dan ia tak bisa bergerak lagi.<br />

Sambil mencekik tenggorokan si nona, Boe Kie membentak. Sedikit saja aku menambah<br />

te<strong>naga</strong>, jiwamu melayang!<br />

Tio Beng mengap-engap. Tiba2 ia menangis. Kau hinakan aku! Kau hinakan aku! teriaknya.<br />

Kejadian ini lagi-lagi di luar dugaan Boe Kie. Ia melepaskan cengkeramannya dan berkata,<br />

Aku tak berminat untuk menghinakan kau. Aku hanya ingin supaya kau melepaskan aku.<br />

Baiklah, kata si nona. Aku akan panggil orang-orangku. Sehabis berkata begitu, ia berteriak.<br />

Hei !... hei!... kemari! Buka tutup jebakan! Aku jatuh ke dalam penjara baja. Tapi di luar<br />

hanya sepi-sepi saja. Ia sekarang tertawa dan berkata, Kau lihatlah! Bukankah tak berguna<br />

aku berteriak-teriak?<br />

Sungguh kau tak mengenal malu! kata Boe Kie dengan mendongkol. Sebentar menangis,<br />

sebentar tertawa.<br />

Kau yang tak tahu malu! bentak si nona. Lelaki menghina perempuan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 855

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!