20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bibir si nona bergerak, ia seperti mau bersenym, tapi bukan bersenyum biasa. Ia mengantar<br />

semua tamunya sampai di pintu depan, sedang Sin-cian Pat-hiong berdiri di pinggir jalan<br />

dengan sikap hormat.<br />

Sesudah menyoja, Boe Kie dan rombongannya lantas saja melompat ke punggung kuda dan<br />

tanpa bicara lagi, mereka melarikan tunggangan-tunggangan itu.<br />

Tidak lama kemudian mereka itu sudah terpisah amat jauh dari Lek-lioe chung dan tiba di<br />

sebelah tanah datar dan sepi.<br />

Nona itu mungkin tak mempunyai maksud jahat, kata Cioe-Tian dengan tiba2. Bisa jadi,<br />

dengan pedang kayu itu ia hanya ingin berguyon dengan Kauw coe, Yo-heng, kali ini kau<br />

salah mata.<br />

Yo Siauw tak lantas menjawab. Alisnya berkerut dan beberapa saat kemudian barulah<br />

berkata, Akupun tak bisa mengatakan, tidak bisa menebak, apa maksud nona itu yang<br />

sebenarnya. Aku hanya merasa, bahwa ada sesuatu yang kurang beres.<br />

Cioe Tian tertawa nyaring. Ha-ha! Yo Co soe yang namanya besar, baru saja bergebrak sekali<br />

di Kong beng teng sudah berubah menjadi seorang penakut aduh!... Badannya mendadak bergoyang2<br />

dan ia terjungkal dari tunggangannya.<br />

Swee Poet Tek yang berada paling dekat lantas saja melompat turun dan membangunkannya.<br />

Cioe heng, mengapa kau?<br />

Cioe Tian tertawa. Tidak tidak apa-apa, jawabnya. Sebab minum terlalu banyak, kepalaku<br />

agak pusing.<br />

Berbareng dengan terdengarnya perkataan pusing, paras muka para pemimpin Beng Kauw<br />

lantas saja berubah pucat. Sedari meninggalkan Lek-lioe chung, mereka semua memang<br />

sudah merasa agak pusing. Karena menganggap bahwa perasaan itu adalah akibat arak,<br />

mereka tidak memperdulikan. Tapi Cioe Tia yang terkenal kuat minum dan mempunyai<br />

Lweekang tinggi, tak mungkin bisa roboh karena beberapa cawan arak itu. Kejadian ini mesti<br />

ada latar belakangnya.<br />

Sambil mendongak mengawasi langit, Boe Kie mengasah otak. Ia mengingat-ingat isi Tok<br />

keng dari mendiang Ong Kauw. Racun apakah yang tanpa warna, tanpa rasa dan bau, bisa<br />

menerbitkan rasa pusing? Ia mengingat-ingat kitab itu dari kepala sampai di buntut, tapi tak<br />

ada racun yang seperti itu. Makanan dan arak yang dimakannya tidak berbeda dengan arak<br />

yang dimakan oleh kawan-kawannya. Mengapa dia sendiri tidak merasai apapun juga? Heran<br />

sungguh!<br />

Sekonyong-konyong bagaikan kilat, dalam otaknya berkelebat suatu ingatan. Ia terkesiap<br />

parasnya pucat pasi. Semua orang yang turut makan minum di Soei kok turun teriaknya<br />

dengan gugup. Duduk bersila, tapi sekali-kali tidak boleh mengerahkan khie (hawa).<br />

Bernafaslah secara wajar. Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata pula, Kuminta saudarasaudara<br />

dari Ngo heng kie dan Peh bie kie berpencar dan berbaris di empat penjuru untuk<br />

menjaga keselamatan para pemimpin kita. Siapapun jua yang mendekati, bunuhlah! Sesudah<br />

Peh bie kauw mempersatukan diri dengan Beng kauw, dengan perkataan kauw (agama)<br />

dibuang dan diganti dengan Kie (bendera).<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 850

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!