20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Anjing kedua melompat dan menggigit kepungan orang-orangan itu. Serangan kedua anjing<br />

itu cepat dan tepat. Sekarang Boe Kie ingat, bahwa yang menyerangnya pada hari itu adalah<br />

anjing2 tersebut dan lapat2 ia juga teringat bahwa suara bentakan wanita yang didengarnya<br />

sebelum ia pingsam adalah wanita yang sekarang ada di hadapannya.<br />

Kedatngan Boe Kie sebenarnya untuk menghaturkan terima kasih pada penolongnya. Tapi<br />

sekarang ia tahu, bahwa anjing2 yang sudah menggigitnya adalah binatang piaraan nona itu.<br />

Tiba2 saja darahnya meluap, Sudilah! pikirnya Dengan dilindungi oleh binatang2 itu, aku<br />

tidak bisa berbuat apa2 terhadapnya. Kalau aku tahu bahwa semua penderitaanku adalah<br />

karena gara2nya, aku lebih suka mampus daripada menerima pertolongannya. Memikir begitu<br />

dengan gregetan ia membuka semua perban yang masih menempel pada dirinya dan<br />

melemparkannya ke atas lantai. Sesudah itu ia memutar badan dan berjalan pergi.<br />

Kiauw Hok kaget Hei! teriaknya Mengapa kau pergi? Inilah siocia kami. Lekas berlutut!.<br />

Berlutut? mengulangi Boe Kie dengan suara gusar. Bukankah anjing2 yang menggigit aku<br />

miliknya sendiri?.<br />

Melihat kegusaran si bocah, nona itu tersenyum. saudara kecil ia menanggapi. <strong>Mar</strong>i sini.<br />

Boe Kie memutar badan dan segera berhadapan dengan nona rumah. Entah mengapa,<br />

mendadak jantungnya memukul keras, nona itu yang berusia tujuh belas tahun atatu delapan<br />

belas tahun, ternyata cantik luar biasa. Sudah sering ia melihat wanita cantik, tapi seumur<br />

hidup belum pernah melihat yang secantik si nona. Mukanya yang mula2 pucat berubah<br />

menjadi merah.<br />

Kemari! panggil nona itu.<br />

Boe Kie mengangkat kepala dan matanya kebentrok dengan sepasang mata yang bersorot<br />

halus, tapi berpengaruh, sehingga tanpa merasa, ia bertindak maju. Nona itu bangkit dan<br />

mencekal kedua tangan Boe Kie yang badannya jadi bergemetaran. Tangan itu halus dan<br />

empuk. Si bocah malu dan bingung, ia ingin menarik tangannya, tapi tak rela ia berbuat<br />

begitu.<br />

Saudara kecil apa kau gusar terhadapku? tanya si nona.<br />

Sesudah menderita begitu hebat dari kawanan anjing itu, bagaimana ia tak gusar? Tapi<br />

sekarang dengan tangan dicekal dan dengan berdiri dalam jarak yang begitu dekat dengan si<br />

cantik, sehingga ia dapat menggendus bau yang sangat harum, mana bisa ia mengaku gusar. Ia<br />

menggelengkan kepala dan menjawab Tidak.<br />

Jilid <strong>29</strong>__________________<br />

Aku she Coe, namaku Kioe Tin. Si nona memperkenalkan dirinya. Dan kau?<br />

Namaku Thio Boe Kie, jawabnya.<br />

Hm Bagus sekali namamu. Saudara kecil kurasa kau putra dari keluarga sastrawan. Duduklah<br />

di sini. Seraya berkata begitu, ia menunjuk sebuah kursi di sampingnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 537

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!