20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Kouw… kouw… nio,” kata Coan kang Tiang loo suara terputus-putus. “Kau kata Soe<br />

Pangco sudah meninggal dunia…? Bagaimana matinya Soe Pangcoe?”<br />

* * * * *<br />

Pada dua puluh tahun lebih yang lalu, karena te<strong>naga</strong> dalamnya tidak mencukupi dalam latihan<br />

Hang liong Sip pat ciang, badan Soe Hwee liong lumpuh separoh dan tidak bisa<br />

menggerakkan kedua lengannya. Dengan mengajak isterinya, ia pergi ke gunung gunung<br />

untuk mencari obat dan menyerahkan urusan Kay pang kepada Coan kang dan Cie hoat<br />

Tiangloo, Ciang poen dan Ciang pang Liong tauw. Karena kekurangan seorang pemimpin<br />

yang pandai dan keempat tetua itu hanya mengurus bidang masing-masing dan tidak bekerja<br />

sesama keras, maka kian lama Kay pang yang besar jadi kian lemah.<br />

Waktu Pangcoe palsu mendadak muncul, murid-murid yang berusia muda tentu saja tidak<br />

mengenalnya, sedang para tetua juga kena dikelabui sebab mereka sudah berpisahan selama<br />

bertahun-tahun dan muka si penipu memang sangat mirip dengan muka Soe Pangcoe.<br />

* * * * *<br />

Si baju kuning menghela napas dan berkata dengan suara perlahan. “Soe Pangcoe binasa<br />

dalam tangan Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen!”<br />

“Hah!” Boe Kie mengeluarkan seruan tertahan. Dalam pertempuran di Kong beng teng,<br />

dengan mata sendiri ia menyaksikan bagaimana Seng Koen dipukul mati oleh pamannya.<br />

Maka itu, ia lantas saja bertanya. “Kouwnio, lagi kapan Soe Pangcu dibinasakan?”<br />

“Tahun yang lalu, tanggal enam bulan sepuluh,” jawabnya. “Sampai sekarang sudah dua<br />

bulan lebih.”<br />

“Heran sungguh!” kata pula Boe Kie. “Cara bagaimana Kouwnio tahu bahwa yang turunkan<br />

tangan jahat adalah bangsat Seng Koen?”<br />

“Ong Siauw Thian yang memberitahukan kepadaku,” jawabnya. “Ong Siauw Thian<br />

mengatakan, bahwa Soe Pangcoe telah beradu tangan dua belas kali dengan seorang kakek.<br />

Kakek ini muntah darah dan lari. Soe Pangcoe pun mendapat luka di dalam dan ia tahu<br />

lukanya tak dapat disembuhkan laagi. Ia menduga, bahwa tiga hari kemudian, sesudah<br />

sembuh, si kakek akan menyateroni lagi. Maka itu ia segera memberi pesanan terakhir kepada<br />

Ong Siauw Thian dan memberitahukan, bahwa musuh itu adalah Hoe goan Pek lek Thioe<br />

Seng Koen. Pada waktu itu lumpuhnya Soe pangcoe sudah hampir sembuh. Ia memiliki dua<br />

belas pukulan dari Hang liong Sip pat ciang dan di dalam dunia, ia sudah jarang tandingan.<br />

Dalam pertempuran melawan Seng Koen, ia sudah menggunakan kedua belas pukulan itu dan<br />

sesudah itu, ia tidak bisa menyelamatkan diri lagi dari tangan jahatnya musuh.” Mendengar<br />

itu Soe Hong Sek menangis lagi.<br />

Dengan paras muka berduka Coan kang Tiang loo mengeluarkan sapu tangannya yang kotor<br />

dan menyusut air mata si nona. “Siauw sumoay,” katanya. “Sakit hati Pangcoe adalah sakit<br />

hati berlaksa murid Kay pang. Kami akan membekuk Seng Koen dan mencincang badannya<br />

jadi laksaan potong. Kami pasti akan membalas sakit hati mendiang ayahmu. Tapi dimanakah<br />

adanya ibumu?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1209

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!