20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Aku bernama Yo Poet Hwie," kata nona itu "Ibu pernah mengatakan, bahwa ia tidak merasa<br />

mneyesal akan terjadinya kejadian itu!"<br />

Mendadak In Liok Hiap mengeluarkan teriakan menyayat hati. Ia melemparkan pedangnya<br />

ditanah, menekap mukanya dengan kedua tangan dan lari turun gunung bagaikan terbang.<br />

"Liok tee! Liok tee!" memanggil Song Wan Kiauw dan Jie Lian Dioe.<br />

Lie Heng lari terus. Tiba2 ia terguling, bangun, lari lagi dan dalam sekejap tak kelihatan<br />

bayang2nya lagi.<br />

Semua orang menghela napas dan turut merasa duka akan nasib In Liok hiap yang malang itu.<br />

Bahkan seorang pendekar Boe Tong jatuh diwaktu lari merupakan penderitaannya yang maha<br />

hebat.<br />

Sementara itu, Son gWan Kiauw, Jie Lian Cioe, Thio Siong Kee dan Boh Seng Kok duduk<br />

diseputar Boe Kie dengan masing2 mengeluarkan sebelah tangan yang telapaknya<br />

ditempelkan didada, perut, punggung dan pinggang Boe Kie dan kemudian mengerahkan<br />

Lweekang yg dimasukkan kedalam tubuh pemuda itu untuk mengobati lukanya. Selang<br />

beberapa sat, mereka merasai munculnya te<strong>naga</strong> mengisap dalam tubuh Boe Kie yg terus<br />

menerus menyedot Lweekang mereka. Mereka kaget, kalau pengisapan itu tidak berhenti,<br />

dalam waktu sejam dua jam, te<strong>naga</strong> dalam mereka bakal disedot habis2an. Namun karena<br />

jiwa Boe Kie masih dalam keadaan bahaya, mati hidupnya belum ketahuan, mereka tentu saja<br />

tidak bisa segera menarik pulang bantuan itu.<br />

Bagaimana baiknya><br />

Selagi keempat partai itu bersangsi tiba2 Boe Kie membuka matanya dan mengeluarkan<br />

seruan perlahan. "Ah!" Dilain saat Song Wan Kiauw merasai masuknya semacam hawa<br />

hangat dari telapak tangan mereka. Pemuda itu ternyata sudah menggerahkan Kioe yang Sin<br />

kang dan mengirim te<strong>naga</strong> dalamnya kepada keempat paman itu.<br />

"Tak boleh! Kau harus istirahat," kata Song Wan Kiauw. Dengan serentak mereka menarik<br />

tangan mereka dan berbangkit. Hampir berbareng mereka merasai mengalirnya hawa hangat<br />

yg sangat nyaman disekujur badan mereka. Boe Kie bukan saja sudah memulangkan te<strong>naga</strong><br />

bantuan, tapi sudah membalas budi dengan menghadiahkan Kiauw yang Cie Khie kepada<br />

paman2nya itu. Song Wan Kiauw berempat saling mengawasi dengan rasa kagum. Bahwa<br />

keponakan itu yang sudah terluka sedemikian berat masih mempunya Lweekang yang begitu<br />

kuat, sungguh2 diluar dugaan.<br />

Meskipun Boe Kie masih menderita luka diluar yang sangat hebat, kesehatan didalam badan<br />

sudah pulih kembali dan hawa sudah bisa mengalir dengan leluasa. Perlahan lahan ia bangun<br />

seraya berkata, "Song Toapeh, Jie Jiepeh, Thio Siepeh, Boh Cit siok, tit jie memohon maaf<br />

untuk segala kekurang ajarannya. Apakah Thay soe hoe berada dalam keadaan sehat?"<br />

"Soe hoe baik2 saja," jawab Wan Kiauw. "Boe Kie... kau.. kau sudah besar!..." Perkataan<br />

terputus putus karena terharu, ia ingin bicara banyak tapi mulutnya terkancing.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 811

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!