20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menghantam nya kemata golok. "Trang!" dan.., "loh!" Kepala martil terpapas putus jadi dua<br />

potong. Separuh jatuh ditanah dan separuh lagi masih menempel digagang martil<br />

Itulah kejadian yang sungguh luar biasa. Semua orang terkesiap dan dengan serentak mereka<br />

bangun berdiri. Bahwa dalam Rimba Persilatan terdapat senjata mustika yang dapat memapas<br />

baja atau emas, bukan kejadian langka.<br />

Tapi senjata yang dapat memapas besi yang begitu besar seperti memapas tahu, benar-benar<br />

belum pernah didengar mereka. Seorang dari Sin koen boen dan seorang dari Kie keng pang<br />

segera menghampiri bantalan besi itu dan menjemput potongan martil yang jatuh di tanah.<br />

Ternyata, bagian yang terpapas berkilat-kilat, sebagai tanda baru saja dipapasnya.<br />

Sementara itu, dua orang Hio coe yang lain sudah mengangkat martil yang satunya lagi yang<br />

lalu dihantamkan kemata golok. Seperti juga tadi, dengan mengeluarkan suara "tring", kepala<br />

martil terpapas pula.<br />

Kali ini semplaknya martil itu disambut dengan tampik sorak riuh.<br />

Perlahan-lahan Siang Kim Peng mendekati bantalan besi itu dan mengangkat To liong to.<br />

Kemudian, dengan gerakan To pek Hwa san (Menghantam gunung Hwa san), ia membabat<br />

bantalan besi itu yang lantas saja kutung dua. Sesudah itu, sambil menenteng golok, ia<br />

berjalan ke sebelah barat dan dengan kecepatan kilat, menjambret dahan satu pohon siong tua<br />

dengan golok itu. Dengan beruntun-runtun, ia membabat delapan belas pohon siong,<br />

Para hadirn merasa sangat heran, karena meskipun terang-terangan sudah dibabat putus,<br />

pohon-pohon itu masih tetap berdiri tegak.<br />

Pek Kwie Sioe tertawa nyaring dan dengan tangan bajunya, ia mengebas pohon yang pertama.<br />

Dengan suara gedubrakan, pohon itu. sebatas yang telah terbacok, rubuh diatas tanah. Teryata,<br />

memang dengan sekali membabat saja, dahan pohon itu sudah menjadi putus. Tapi karena To<br />

liong to tajam luar biasa, maka biarpun dahannya putus pohon itu masih tetap berdiri dan<br />

barulah tumbang sesudah didorong oleh Pek Kwie Sioe, sesudah merubuhkan pohon pertama,<br />

Pek Tan coe lalu mengebas pohon-pohon lainnya yang juga lantas saja rubuh dengan<br />

mengeluarkan suara keras.<br />

Sesudah itu, sambil tertawa terbahak-bahak Pek Kwie Sioe mengambil Toliong to dari tangan<br />

Siang Kim Peng dan lalu memasukkannya kedalam hanglo yang apinya sedang berkobarkobar.<br />

Pada waktu pohon-pohon sedang rubuh dikebas Pek Kwie Sioe, tiba-tiba disebelah kejauhan<br />

terdengar suara "peletak peletok" dan gedubrakan yang beruntun-runtun, seperti juga seorang<br />

lain sedang merubuhkan lain-lain pohon. Pek Kwie Sioe dan Siang Kim Peng terkejut dan<br />

mereka segera mengawasi kearah suara itu. Mereka jadi lebih kaget lagi, karena teryata,<br />

bahwa tiang-tiang dari perahu perahu yang berlabuh dipantai, rubuh satu demi satu. Pada<br />

tiang-tiang itu tergantung bendera bendera Peh bie kauw, Kie keng pang, Hay see pay dan Sin<br />

koen boen. Semua orang lantas saja turut memandang kearah itu. Keruaan saja mereka jadi<br />

gusar bukan main dan beberapa pemimpin, dengan mengajak sejumlah orang sebawahannya,<br />

lantas saja berlari-lari kepantai untuk me nyelidiki.<br />

Mendadak, jago-jago yang berkumpul dilapangan itu melihat lain perubaban yang lebih<br />

mengagetkan. Satu demi satu, perahu mereka mulai tenggelam. Rombongan kedua, yang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 167

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!