20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pasukan itu terdiri dari beberapa ratus serdadu dan tak memperdulikan Boe Kie dan Tio Beng.<br />

Sesudah mereka lewat, di sebelah belakang mengikuti sekelompok penunggang kuda yang<br />

tidak teratur.<br />

Tiba-tiba Boe Kie mengeluh, “Celaka!” dan buru-buru melengos ke jurusan lain.<br />

Apa yang dilihatnya tidak lain adalah Sin cian Pat hiong, delapan jago panah itu adalah<br />

bawahan Tio Beng. Ia bukan takut tapi ia tahu bahwa jika ia dikenali mereka dia bakal berabe<br />

sekali.<br />

Kelompok itu yang terdiri kira-kira dua ratus orang lewat tanpa memperhatikan Boe Kie dan<br />

Tio Beng yang di sisi jalan. Sesudah mereka lewat, Boe Kie segera memutar tangannya untuk<br />

meneruskan perjalanan.<br />

Mendadak terdengar suara kaki kuda dan tiga penunggang kuda mendatangi dengan cepat.<br />

Begitu melihat orang-orang itu, Boe Kie terkesiap. Orang yang ditengah-tengah yang<br />

menunggang kuda putih mengenakan pakaian sulam dan topi emas sedangkan dua orang yang<br />

mengapitnya Lok Thung Kek dan Ho Pit Ong.<br />

Secepat mungkin Boe Kie mencoba memutar kepala kuda, tapi sudah terlambat. “Koen coe<br />

Nio nio!” teriak Ho Pit Ong, “Jangan takut!” Sehabis berteriak begitu ia bersiul keras dan<br />

kelompok Sin cian Pat hiong segera kembali. Dilain saat Boe Kie dan Tio Beng sudah<br />

dikurung.<br />

Dengan perasaan ragu Boe Kie mengawasi si nona. Apakah Tio Beng sudah lebih dulu<br />

mengatur datangnya bala bantuan ini? Tapi hatinya langsung lega sebab si nona sendiri<br />

kelihatannya bingung. Ia memastikan bahwa nona itu tidak menjual dia.<br />

“Koko,” seru Tio Beng, “Sungguh tak sidangka bisa bertemu dengan kau di tempat ini! Apa<br />

Thia-thia baik?”<br />

Mendengar perkataan “Koko” (kakak) Boe Kie segera mengawasi pemuda yang mengenakan<br />

pakaian sulam. Ia segera mengenali bahwa dialah Kuh-kuh Temur, kakak Tio Beng yang<br />

dikenal juga dengan nama Han Ong Po-po. Di kota raja ia sudah pernah bertemu dengan<br />

pemuda bangsawan itu tapi karena ia mencurahkan seluruh perhatian kepada Hian beng Jieloo<br />

maka ia tidak memperhatikan kakak Tio Beng itu.<br />

Melihat adiknya, Ong Po-po kaget bercampur girang. Ia tidak mengenali Boe Kie.<br />

“Kau…kau…! Mengapa?...,” katanya.<br />

“Koko,” kata Tio Beng, “Aku dibokong musuh dan mendapat luka beracun. Untung ditolong<br />

oleh Thio Kauwcoe, tanpa pertolongannya aku tak akan bisa berjumpa lagi dengan Koko.”<br />

“Siauw ong-ya, dia tidak lain adalah Kauwcoe Mo Kauw, Thio Boe Kie,” bisik Lok Thung<br />

Kek.<br />

Sudah lama Ong Po-po mendengar nama Boe Kie. Ia menduga bahwa adiknya bicara begitu<br />

karena diancam, maka itu ia segera memberi tanda dengan kibasan tangan. Melihat tanda itu,<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1249

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!