20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Racun Ciang sim Cit sang tengku hebat luar biasa" demikian terdengar suara orang itu<br />

"Lweekang Jia Sam hiap sungguh liehay dan aku merasa takluk. Ciang sim Cit seng teng<br />

(Paku tujuh bintang) yang ditaruh ditelapak tangan.<br />

Jie Thay Giam yang sabar sekarang menjadi kalap is meraba buntalannya dan lalu mencabut<br />

To liong to. Sambil mencekal gagang golok dengan kedua lengan ia membacok. "Trang!"<br />

pintu besi itu terbelah dua melihat tajamnya golok itu semangatnya terbangun dan ia lalu<br />

membacok kalang kabut sehinga gubuk itu yang terbuat dari pada besi lantas menjadi hancur<br />

dan lembaran2 besi jatuh ke dalam air.<br />

Orang yang berada didalam gubuk tak dapat menyembunyikan dirinya lagi ia lalu melompat<br />

kebelakang perahu seraya menbentak "kau sudah kena dua macam racun, mau apa kau banyak<br />

lagak." Jie Thay Giam yang sudah mata gelap tidak menghiraukannya dan terus menerjang<br />

sampai memutar golok.<br />

Melihat serangan kalap itu buru2 orang itu menangkis dengan sebuah jangkar. "Trang"<br />

jangkar itu juga terbelah dua dengan hati mencelos ia melompat kesamping dan berteriak.<br />

"Hei? Kau lebih sayang jiwa atau lebih sayang golok?"<br />

Thay Giam berhenti menyerang. "Baiklah" katanya. Serahkan obat pemunah aku akan<br />

menyerahkan golok ini kepadamu. Sesaat itu merasa pahanya semakin gatal dan sakit sebagai<br />

tanda bahwa racun sudah mulai bekerja. Mengingat bahwa To liong to telah didapatinya<br />

secara kebetulan dan sebab ia memang tak ingin memiliki harta benda orang lain maka hilang<br />

hilangnya golok itu juga tidak dirasakan berat olehnya. Dilain saat, ia sudah melemparkan To<br />

Liong to diatas papan perahu.<br />

Orang itu kegirangan dan buru2 menjemput nya, akan kemudian meng-usap2 badan golok itu<br />

dengan sikap yang sangat menyayang. Ia berdiri dengan membelakangi rembulan, sehingga<br />

Thay Giam tak dapat lihat nyata mukanya. Tapi dalam perhatiannya kepada golok itu, ia<br />

rupanya lupa akan janjinya untumemberikan obat pemunah.<br />

Lewat beberapa saat, rasa sakit dan gatal didada dan paha Thay Giam makin menghebat. "Eh,<br />

mana obat?" tanyanya.<br />

Orang itu tertawa berkakakan seperti juga mendengar cerita lucu.<br />

Tentu saja Thay Giam jadi gusar seka]i." Hei! Aku minta obat yang dijanjikan olehmu,"<br />

bentaknya. "Ada apa lucunya ?"<br />

Orang itu menuding muka Thay Giam dan berkata seraya tertawa: "Hihihi ! Kau sungguh<br />

tolol ! Sebelum aku mengeluarkan obat, kau sudah lebih menyerahkan golok ?"<br />

"Perkataan seorang laki2 seperti juga larinya seekor kuda," kata Thay Giam dengan amarah<br />

me-luap2. "Kita sudah berjanji untuk menukar golok dengan obat, apa kau lupa?"<br />

Orang itu tertawa lagi. "Dengan golok dalam tanganmu, aku masih jerih juga," katanya<br />

dengan suara mengejek, "Adat kata kau tidak bisa menangkan aku, kau masih dapat<br />

melemparkan golok itu kedalam sungai dan belum tentu aku bisa mencarinya. Tapi sekarang,<br />

sesudah golok ini berada dalam tanganku, apa kau masih mengharapkan obat pemunahan ?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 88

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!