20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menolak untuk memberitahukannya kepada kami. Mereka malah berdusta dan mengatakan,<br />

bahwa bangsat Cia Soen sudah mampus."<br />

Begitu mendengar nama Kim mo Say ong Cia Soen, darah Tong Boen Liang meluap.<br />

"Dimana dia sekarang ?" tanyanya dengan suara keras,<br />

"Dalam urusan ini, lebih dulu aku harus melaporkan kepada In soe dan aku mohon maaf<br />

karena tak dapat segera memberitahukan kepada kalian." jawab Coei San.<br />

Kedua mata Tong Boen Liang seolah-olah mengeluarkan api. "Dimana adanya bangsat Cia<br />

Soen?" teriaknya. "Dia telah membinasakan keponakanku. Aku tak mau hidup bersama-sama<br />

dia dalam dunia. Dimana dia? Katakan saja! Kau mau memberitahukan atau tidak?"<br />

Perkataan-perkataan itu yang dikeluarkan tanpa sungkan-sungkan dan tanpa mengenal<br />

kesopanan sudah menggusarkan So So yang lantas saja<br />

berkata dengan suara dingin : "Mengapa kau tidak menceritakan juga, bahwa dia sudah<br />

melukakan Kong tong Ngoolo dan merampas kitab Cit siang Koen?"<br />

Dalam melukakan Ngoolo dan merampas kitab Cit siang koen, Cia Soen telah menggunakan<br />

nama Seng Koen. Hal yang sebenamya baru diketahui Khong tong pay pada kira-kira lima<br />

tahun berselang. Tapi, karena kejadian tersebut menodai nama partay maka orang-orang<br />

Khong tong pay selalu meenutupkan rapat. Bagaimana nyonya muda itu bisa tahu rahasia<br />

tersebut?<br />

Paras muka Kat-ie Loojin lantas saja berubah pucat dan sambil mementang sepuluh jarinya, ia<br />

mengangkat kedua tangannya untuk menyerang. Tapi dilain detik, ia ingat, bahwa sebagai<br />

seorang tua, tak pantas ia turun tangan lebih dahulu terhadap seorang wanita muda yang<br />

kelihatannya begitu lemah lembut sehingga tangan yang sudah terangkat itu berhenti ditengah<br />

udara.<br />

Sambil menahan amarah, ia berpaling kepada Coei San dan bertanya: "Siapa dia ?"<br />

"Isteriku," jawabnya.<br />

"Puterinya In Toakauwcoe dari Peh bie kauw," menyelak See hoa coe.<br />

Peh bie Eng ong In Thian Ceng memiliki ilmu silat yang tidak dapat diukur tingginya dan<br />

sehingga waktu itu, seorangpun belum pemah dapat melayaninya dalam sepuluh jurus.<br />

Mendengar, bahwa nyonya Coei San adalah puteri In Thian Ceng, Tong boen Liang lantas<br />

saja merasa keder dan berkata dengan suara terputus-putus : "Oh!... begitu"<br />

Sesaat itu, Ceng hie Soethay yang sedang masuk kegubuk perahu belum pemah bicara, baru<br />

membuka mulut. "Sebaiknya kita minta Jie Jiehiap menerangkan seluk beluk kejadian ini,"<br />

katanya.<br />

"Urusan ini berbelit belit dan sudah menyeret banyak sekali orang," kata Lian Cioe.<br />

"Disamping itu, permusuhan sudah berjalan lama sekali, sudah kurang lebih sepuluh tahun,<br />

sehingga dapatlah dimengerti, jika kita tak akan dapat mengupasnya dalam tempo pendek.<br />

Begini saja, tiga bulan kemudian partai kami akan mengadakan perjamuan di Hong ho lauw<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 274

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!