20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Lian Cioe selanjutnya menuturkan cara bagaimana kitab itu hilang dan tidak dapat ditemukan<br />

lagi. Coei San sendiri sudah pernah mendengar cerita itu dari gurunya, tapi So So yang baru<br />

pertama kali mendengarnya, merasa ketarik bukan main.<br />

Lian Cioe seorang pendiam dan biasanya sangat jarang bicara. Tapi sekarang, dalam<br />

kegembiraannya karena sudah bertemu pula dengan adiknya yang disangka mati, ia berbicara<br />

banyak sekali, bahkan berguyon. Sesudah bergaul belasan hari dengan So So, ia merasa,<br />

bahwa si Teehoe sebenarnya bukan manusia jahat. Ia yakin, bahwa kekejaman So So pada<br />

masa yang lampau, adalah akibat daripada suasana dan pergaulannya. Kata orang, mendekati<br />

bak (tinta) keluaran hitam, mendekati coe see (bubuk merah) berlepotan merah. Sedari kecil,<br />

apa yang dilihat dan didengar So So adalah perbuatan-perbuatan sesat dan kejam, sehingga<br />

sesudah besar, ia tidak dapat membedakan lagi apa yang benar, apa yang salah dan biasa<br />

<strong>membunuh</strong> manusia secara serampangan. Tapi sesudah menikah dengan Soeteenya, adat yang<br />

kejam itu perlahan-lahan berubah. Itulah kesimpulan Lian Cioe.<br />

Baru saja Coei San ingin menanyakan Soehengnya tentang kemajuan yang telah dicapai oleh<br />

gurunya dalam usaha menyempurnakan ilmu silat Boe-tong, sekonyong konyong suara<br />

tindakan kuda tadi terdengar pada kali ini dari menuju ketimur dan tidak lama kemudian<br />

mereka lewat diatas gili gili dekat perahu.<br />

Coei San agak terkejut, tapi ia tidak menggubris. "Jieko" katanya. "jika Insoe mengundang<br />

tokoh-tokoh Siauw lim dan Gobie untuk bersama2 menyempurnakan ilmu silat, kurasa ketiga<br />

partai ini sama-sama akan memperoleh keuntungan yang sangat besar."<br />

Lian Cioe menepuk lututnya. "Kau benar !" katanya dengan bersemangat. "Perkataan Soehoe,<br />

bahwa dihari kemudian kau bakal menjadi ahli warisnya sungguh tepat sekali."<br />

"Perkataan itu kurasa sudah dikeluarkan karena Insoe selalu mengingat Siauwtee yang tidaak<br />

diketahui kemana perginya," kate Coei San. "Bukankah seorang anak durhaka yang<br />

bergelandangan di luaran lebih dipinggirkan oleh ibunya daripada anak berbakti yang selalu<br />

berdampingan dengan sang ibu? Pada waktu ini, janganlah dibandingkan dengan Toako, Jieko<br />

dan Sieko, sedangkan dengan Lioktee dan Cit tee pun, ilmu silat Sauwtee masih belum bisa<br />

menempil."<br />

"Bukan, tafsirannya bukan begitu," kata Lian Cioe sambil meggelengkan kepala. "Sebegitu<br />

jauh mengenai ilmu silat, memang juga Ngotea tidak bisa menandingi aku. Akan tetapi,<br />

seorang ahli waris Insoe mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk<br />

memperkembangkan ilmu silat. Insoe sering mengatakan, bahwa dalam dunia yang lebar ini,<br />

soal gemilang atau suramnya Boe tong pay sebagai partai persilatan adalah soal remeh. Soal<br />

yang penting ialah seorang ahli silat harus menunaikan tugasnya sebagai seorang anggota dari<br />

Rimba Persilatan. Jika ia bisa mempelajari menyelami rahasia ilmu silat dan kemudian<br />

menurunkan pelajarannya itu kepada orang lain, supaya ilmu silat seorang koen coe (manusia<br />

utama) berbeda dengan ilmu silat seorang Siauwjin (manusia rendah). Jika ia dapat<br />

mempersatukan pencinta-pencinta negeri untuk mengusir penjajah dan merampas pulang<br />

negeri yang sedang dijajah, maka dapatlah dikatakan, bahwa ia sudah menunaikan tugasnya<br />

yang sangat mulia. Itulah penedapat Insoe mengenai tanggung jawab seorang ahli silat. Maka<br />

itulah seorang ahli warisnya, pertama harus mempunyai batin yang luhur dan kedua harus<br />

memiliki kesadaran. Mengenai batin, kita bertujuh tiada banyak bedanya. Tapi mengenai<br />

kesadaran, Ngotee lah yang paling unggul."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!