20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Thio Ngohiap, duduklah," mengundang si nona sambil menuang teh disebuah cangkir. Ia<br />

mengangsurkan cangkir itu seraya berkata: "Sungguh menyesal aku tak punya arak untuk<br />

disuguhkan kepada Ngohiap."<br />

Penyambutan yang sangat ramah tamah itu memaksa Coei San menahan hawa amarahnya.<br />

"Terima kasih," katanya sambil membungkuk.<br />

Melihat pakaian pemuda itu basah kuyup sinona berkata pula: "Dalam perahu ini aku masih<br />

mempunyai seperangkat pakaian laki-laki. Ngohiap boleh pergi kebelakang untuk menukar<br />

pakaian yang basah itu."<br />

"Tak usah," sahutnya sambil menggelengkan kepala. Ia lantas saja mengerahkan Lweekang<br />

dan hawa panas segera mengalir di seluruh badannya, sehingga tak lama kemudian pakaian<br />

yang basah itu menjadi kering.<br />

"Aku tak ingat, bahwa Lweekang Boe tong pay luar biasa tinggi," kata si nona sembari<br />

bersenyum. "Dengan menyuruh menukar pakaian, siauw moay benar-benar berpandangan<br />

sempit."<br />

"Bolehkah aku mendapat tahu partai nona?" tanya Coei San.<br />

Mendengar pertanyaan itu, si nona memandang keluar jendela, alisnya berkerut dan pada<br />

paras mukanya tertampak sinar kedukaan.<br />

Melihat perubahan itu, Coei San tidak berani mendesak lagi. Lewat beberapa saat, barulah ia<br />

berkata pula: "Nona, siapakah yang menganiaya Jie Samko? Bolehkah kau memberitahukan<br />

aku?"<br />

"Bukan saja Tauw Tay Kim, tapi akupun sudah kena diakali," jawabnya, "Sebetulnya aku<br />

mengingat bahwa Boe tong Cit hiap adalah pendekar-pendekar yang gagah tampan dan tidak<br />

bisa jadi beroman begitu kasar."<br />

Mendengar jawaban yang menyimpang, yang menyebut-nyebut "gagah tampan", Coei San<br />

mengerti bahwa sinona tengah memuji dirinya dan hatinya lantas saja berdebar-debar, sedang<br />

mukanya berubah merah.<br />

Sesaat kemudian, nona In menghela napas sambil menggulung tangan baju kirinya. Coei San<br />

buru buru menunduk, ia tak berani mengawasi lengan yang putih itu.<br />

"Apa kau kenal senjata rahasia ini?" tanya si nona.<br />

Mendengar perkataan "senjata rahasia", Coei San mengangkat kepala dan melihat tiga batang<br />

piauw baja kecil yang menancap dilengan kiri dan<br />

diseputar senjata rahasia itu terlihat warna hitam seperti air bak.<br />

Panjangnya piauw itu hanya satu setengah dim dan kira-kira satu dim masuk kedalam daging<br />

sedang buntut piauw yang menonjol keluar berbentuk bunga bwe. Coei San terkejut dan<br />

berseru sambil bangun berdiri: "Ah ! Bweehoa piauw dari Siauw limsie. Mengapa berwarna<br />

hitam?"<br />

"Tak salah," kata sinona. "Bwee hoa piauw dari Siauw lim sie. Piauw itu mengadung racun."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 137

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!