20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Sekarang biarlah kita minta Kong boen Hong thio memegang pemimpin,” kata pula Boe Kie.<br />

“Kami dari Beng Kauw akan mentaati semua perintah.”<br />

“Mana bisa begitu?” kata Kong boen seraya merangkap kedua tangnnya. “Walaupun benar<br />

kami pernah belajar dan mengerti sedikit ilmu sialt, kami sama sekali tidak mengenal ilmu<br />

perang. Semenjak beberapa tahun lalu Beng Kauw sudah memulai suatu usaha besar diketahui<br />

oleh semua orang. Menurut pendeta loolap, hanya tentara Beng Kauw yang akan dapat<br />

melawan tnetara Tat coe. Maka itu loolap mengusulkan untuk mengangkat Thio Kauwcoe<br />

sebagai Boe lim beng coe (kepala perserikatan dari Rimba Persilatan) guna memimpin kita<br />

dalam peperangan melawan Tat coe.”<br />

Sebelum Boe Kie keburu membuka mulut, para hadirin sudah menyambut usul itu dengan<br />

tepuk tangan dan sorakan.<br />

Biarpun Boe Kie masih muda dan sepang terjangnya dalam Rimba Persilatan belum cukup<br />

untuk menakluki hati orang, ilmu silatnya yang sangat tinggi sudah disaksikan segenap orang<br />

gagah. Disamping itu, panglima2 tentara Beng Kauw, seperti Han San Tong. Cie Sioe Hwee,<br />

Coe Coan Ciang dan lain lalu, telah mendapat kemenangan2 dalam peperangan disepanjang<br />

sungai Hway ho di Holam, Ouwpak dan sebagainya. Oleh karena itu para orang gagah yakin,<br />

bahwa selain Beng Kauw, tak ada parti yang lebih cocok untuk memimpin pertempuran dan<br />

memegang komando sebagai Beng coe.<br />

“Tanggung jawab Beng coe berat luar biasa,” kata Boe Kie dengan suara merendah. “Aku<br />

tidak punya kemampuan dan kuminta kalian suka memilih lain orang yg lebih pandai.”<br />

Sekonyong2 terdengar suara ribut yang bergemuruh dan dilain saat dua anggota Swie kim kie<br />

menerobos masuk keruangan musyawarah. “Tentara Mongol sudah menerjang kegunung ini!”<br />

teriak salah seorang.<br />

Sampai disitu Boe Kie tidak bisa berlaku sungkan lagi. “Swie kim kie, Ang Soe kie maju<br />

dimuka untuk menyambut musuh!” katanya dengan suara angker. “Cioe Tian Sianseng, Tiat<br />

koan To tiang, kalian berdua bantu mereka dengan masing2 membawa saut bendera.”<br />

Cioe Tian dan Tiat koen Toojin membungkuk dan segera berlalu untuk menjalankan tugas.<br />

“Swee Poet Tek suhu,” kata pula Boe Kie. “Kuminta kau pergi ke berbagai tempat yang<br />

berdekatan untuk meminta bala bantuan dengan membawa Seng hwee leng sebagai tanda<br />

kepercayaan.” Tanpa menyia2kan waktu Swee Poet Tek segera berangkat.<br />

Para enghiong yg berada disitu rata2 berkepandaian tinggi, tapi mereka merupakan te<strong>naga</strong><br />

yang belum terlatih dalam peperangan. Sesudah Boe Kie mengeluarkan beberapa perintah,<br />

mereka segera menghunus senjata dan bergerak untuk menyambut musuh.<br />

Jilid 77__________________________<br />

“Kauwcoe,” bisik Yo Siauw, “Jika mereka tidak dipimpin, sekali gebrak saja mereka bakal<br />

dipukul hancur.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1401

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!