20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dia menyuruh orang menangkap kita dan kemudian untuk mengambil hati, dia sendiri yang<br />

menolong kau.<br />

Tapi Soehoe, kata si nona dengan suara lemah lembut. Kulihat ia tidak berpura-pura.<br />

Si nenek lantas naik darah. Apa kau kata? bentaknya, Rupanya kau telah mengikuti contoh si<br />

binatang Kie Siauw Hoe dan sudah jatuh cinta kepada siluman itu. Kalau aku masih<br />

berte<strong>naga</strong>, dengan sekali hantam aku sudah mengambil jiwamu.<br />

Cie Jiak ketakutan, dengan tubuh gemetar ia berkata, Murid tak berani.<br />

Apa sungguh-sungguh tidak berani atau kau hanya mencoba memperdaya gurumu?<br />

Murid sungguh-sungguh tak berani melanggar ajaran Soehoe.<br />

Kalau begitu, kau berlututlah dan bersumpah.<br />

Nona Cioe segera menekuk kedua lututnya tapi ia tak tahu sumpah apa yang harus diucapkan<br />

olehnya.<br />

Kata Biat Coat, Kau harus bersumpah begini. Aku, Cie Jiak bersumpah kepada Langit bahwa<br />

kalau di kemudian hari aku jatuh cinta kepada Kauwcoe Mo-kauw Thio Boe Kie dan menjadi<br />

suami istri dengan dia, maka roh kedua orang tuaku yang sekarang berada di alam baka akan<br />

merasa tidak aman. Sedang guruku Biat Coat Soethay akan menjadi setan yang jahat dan akan<br />

mengganggu aku seumur hidup. Apabila dari perkawinan itu terlahir anak maka semua anak<br />

lelaki akan menjadi budak, anak perempuan akan menjadi pelacur.<br />

Tak kepalang kagetnya nona Cioe. Ia orang yang berwatak lemah lembut dan di dalam lubuk<br />

hatinya terdapat kasih sayang terhadap sesama umat manusia.<br />

Jilid 54______________<br />

Tapi sekarang ia harus mengucapkan sumpah yang begitu hebat. Sumpah yang menyebut roh<br />

kedua orang tuanya, sumpah yang menyeret juga anak-anaknya yang belum lahir. Tapi<br />

melihat sinar mata gurunya yang berkilat-kilat, ia tidak berani membantah. Dengan kepala<br />

puyeng dan dengan suara parau, ia mengucapkan kata-kata yang diucapkan Biat Coat.<br />

Sesudah muridnya itu bersumpah begitu berat, paras si nenek berubah lunak, “kau bangunlah,<br />

katanya.<br />

Dengan air mata bercucuran, Cie Jiak lantas bangun berdiri.<br />

Sesaat kemudian, Biat Coat berkata pula dengan suara halus bercampur rasa terharu yang<br />

sangat besar. “Cie Jiak, aku bukan sengaja menekan kau. Setiap tindakanku adalah untuk<br />

kebaikanmu sendiri. Kau masih berusia muda dan mulai dari sekarang, gurumu tidak bisa<br />

memilik kau lagi. Apabila kau mengikuti contoh Kie Soecimu, maka di alam baka, gurumu<br />

tak akan merasa senang. Disamping itu, ada sesuatu yang sangat penting. Apapula gurumu<br />

sekarang ingin menyerahkan tanggung jawab yang sangat berat di atas pundakmu, sehingga<br />

kau sedikitpun tak bisa berlaku sembarangan. Seraya berkata begitu, ia mencabut sebuah<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 984

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!