20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

So So sangat tak puas akan cara-cara Jiepehnya itu yang dianggapnya seperti nenek2.<br />

Menurut jalan pikirannya, manusia semacam Ho Loosam bukan saja tidak pantas ditolong,<br />

malah harus dilemparkan kedalam air.<br />

Sesudah mengalirkan Lweekangnya beberapa jam, Lian Cioe merasa lelah dan Coei San lalu<br />

menggantikannya. Diwaktu fajar menyingsing, pengemis tua itu tidak mengeluarkan darah<br />

lagi dan pada mukanya mulai terdapat sinar dadu.<br />

"Jiwamu sudah ketolongan," kata Lian Cioe dengan girang. "Hanya mungkin ilmu silatmu<br />

tidak bisa pulih kembali "<br />

"Budi Jie-wie tak akan dilupakan olehku si orang she Ho," kata Ho Loosam. "Akupun tak ada<br />

muka untuk menemui lagi Bwee Pangcoe. Mulai dari sekarang, aku akan menyingkir dari diri<br />

pergaulan dan tidak akan berkeliaran lagi di dalam kalangan Kangouw."<br />

Waktu perahu tiba di An keng, pengemis itu berpamitan dan berlalu.<br />

Sesudah berpisahan sepuluh tahun dengan guru dan saudara-saudara seperguruannya, Coei<br />

San ingin sekali tiba di Boe tong secepat mungkin. Ia merasa sangat tidak sabar akan<br />

perlahannya perahu, maka sesudah melewati An keng, ia mengajukan usul untuk mengambil<br />

jalanan darat dengan menunggang kuda.<br />

"Ngotee, kurasa kita lebih baik terus menggunakan perahu," kata sang kakak. "Biarpun lebih<br />

lambat beberapa hari, kita lebih selamat. Diwaktu ini, entah berapa banyak orang ingin<br />

menyelidik tempat sembunyinya Cia Soen."<br />

"Dengan berjalan bersama-sama Jiepeh, apakah masih ada manusia yang berani mencegat kita<br />

?" kata So So.<br />

"Kalau kami tujuh saudara semua berkumpul, mungkin sekali orang akan sangsi untuk<br />

mengganggu," kata Lian Cioe. "Tapi dengan hanya bertiga, tak bisa kita menghadapi begitu<br />

banyak orang pandai. Disamping itu, tujuan kita yalah untuk menyelesaikan urusan ini secara<br />

damai. Perlu apa kita menanam lebih banyak bibit permusuhan?"<br />

Coei San mengangguk "Tak salah apa yang di katakan Jieko" katanya.<br />

Beberapa hari kemudian, mereka tiba di Boe hiat, wilayah Oawpak. Malam itu, setibanya di<br />

Hok-tie-kouw, perahu itu melepas sauh dan bersiap untuk bermalam disitu.<br />

Tiba-tiba Lian Cioe mendengar suara kaki kuda digili-gili dan ia mendongok keluar dari<br />

gubuk perahu. Secara kebetulan, dua penunggang kuda sedang membelokkan tunggangannya<br />

yang lalu dikaburkan kearah kota. Dengan begitu ia tidak bisa melihat muka kedua orang itu.<br />

Tapi dilihat dari gerak-geraknya yang gesit dan lincah, mereka pasti bukan sembarang orang.<br />

Lian Cioe melirik adiknya dan berkata dengan suara perlahan: "Kurasa ditempat ini bakal<br />

terjadi sesuatu. Lebih baik kita berangkat sekarang juga."<br />

"Baiklah," kata Coei San dengan rasa berterima kasih.<br />

Semenjak Boe tong Cit-hiap turun gunung. dengan memiliki kepandaian tinggi dan sepak<br />

terjangnya selalu menuruti jalan yang lurus, mereka tak pernah menyingkir dari orang lain.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!