20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Boe Kie mengangguk. Dengan sebelah tangan mendukung In Lee dan sebelah tangan<br />

mendukung Tio Beng, ia lari sekencang-kencangnya. Cia Soen yang melindungi dari<br />

belakang merasa heran, sebab biarpun membawa dua orang dewasa, Boe Kie masih bisa lari<br />

begitu cepat. Boe Kie sendiri lari dengan pikiran kusut. Ia sangat memikirkan keselamatan<br />

kedua gadis itu. Kalau seorang saja tak dapat ditolong, ia akan menyesal seumur hidup.<br />

Untung juga tubuh mereka tak berubah dingin.<br />

Sementara itu, sesudah mendapatkan kembali Seng hwee leng, Sam soe terus mengejar. Tapi<br />

ilmu ringan badan mereka tak bisa menandingi Boe Kie bahkan belum dapat merendengi Cia<br />

Soen.<br />

Sebelum tiba di perahu, Boe Kie sudah berteriak. O hei! Beng beng Koencoe memberi<br />

perintah. Naikkan layer, angkat jangkar, siap untuk segera berangkat!”<br />

Dengan demikian, waktu mereka naik di perahu layar-layar sudah terpentang. Tapi kapten tak<br />

berani menjalankan perahu sebelum mendapat perintah Tio Beng. Ia menghampiri si nona dan<br />

menanyakan sambil membungkuk.<br />

“Dengar segala perintah Tio Kongcoe…,” kata nona Tio dengan suara lemah.<br />

Dengan cepat perahu berangkat. Waktu Sam soe tiba di pesisir perahu itu sudah terpisah<br />

beberapa puluh tombak dari daratan.<br />

Boe Kie segera merebahkan Tio Beng dan In Lee di pembaringan dan dibantu Siauw Ciauw,<br />

ia memeriksa luka mereka. Luka Tio Beng sendiri lebih dalam. Biarpun mengeluarkan darah,<br />

luka-luka itu tak membahayakan jiwa. Yang terluka berat adalah In Lee. Ketig Kim hoa<br />

menancap dalam dadanya. Apa nona In bisa ditolong masih merupakan teka-teki. Boe Kie dan<br />

Siauw Ciauw menaruh obat dan membalutnya. In Lee terus pingsan sedangkan Tio Beng<br />

menangis dengan perlahan.<br />

Sesudah kedua gadis itu diberi obat, Cia Soen berkata, “Can Siauw hiap, di luar dugaan,<br />

dalam usia tua Cia Soen masih bisa bersahabat dengan seorang ksatria yang begitu luhur budi<br />

pekertinya.”<br />

Boe Kie tidak menjawab. Ia mengambil kursi dan menyilakan ayah angkatnya duduk.<br />

Sesudah itu ia berlutut, “Gie hoe!” katanya sambil menangis. “Anak Boe Kie tidak berbakti.<br />

Anak tidak bisa menyambut lebih dulu sehingga Gie hoe banyak menderita.”<br />

Cia Soen terkesiap, “Kau…apa katamu?” tegasnya.<br />

“Anak adalah Boe Kie,” jawabnya.<br />

Tentu saja orang tua itu tak percaya, mulutnya ternganga.<br />

Boe Kie berkata, “Intisari dari ilmu silat adalah memusatkan semangat.…” Ia menghafal<br />

kouwkoar (teori) yang Cia Soen pernah ajarkan di pulau Peng hwee to. Sesudah ia menghafal<br />

seratus lebih dengan rasa kaget bercampur girang orang tua itu mencekal kedua tangannya<br />

dan berkata dengan suara parau, “Apa…apa benar kau Boe Kie?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1069

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!