20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sesudah pedang mereka terlepas, kelima orang itu cepat-cepat melompat mundur.<br />

Dilain saat, dua batang pedang menyambar Lian Cioe. Kedua senjata itu menikam lurus dari<br />

kiri dan kanan. Jiehiap lantas saja mengenali bahwa serangan itu yalah pukulan Tay mo pang<br />

see (Pasir yang rata digurun pasir) dari Koen loen pay.<br />

Lian Cioe menunggu sampai ujung pedang hanya terpisah kira-kira tiga dim dari dadanya dan<br />

pada saat yang tepat, ia menarik sedikit dadanya kebelakang, sedang telunjuk tangan kiri dan<br />

tangan kanan menyentil badan kedua pedang itu.<br />

Kedua sentilan itu kelihatannya tidak berte<strong>naga</strong>, tapi sebenarnya hebat luar biasa disertai<br />

dengau Lweekang yang sangat tinggi. Menurut kebiasaan senjata lawan pasti akan terlepas.<br />

Tapi kali ini begitu telunjuknya nenyentuh badan pedang, ia merasakan sambutan dari te<strong>naga</strong><br />

Jioa kin (te<strong>naga</strong> lembek), sehingga Lweekangnya kena dipunahkan. Tapi kedua musuh itu tak<br />

dapat mempertahankan diri, satu terhuyung tiga tindak dan badannya bergoyang-goyang<br />

sedang yang lain, sesudah mengeluarkan teriakan kesakitan, muntah darah.<br />

Semenjak mencegat, tak satupun mengeluarkan suara dan teriakan itu adalah suara pertama.<br />

Sungguh heran, teriakan itu tajam dan nyaring, seperti teriakan seorang wanita.<br />

Melihat kelihayan Lian Cioe, pemimpin rombongan mengebas tangannya dan belasan orang<br />

itu lantas saja mundur, akan kemudian menghilang di antara pohon-pohon. Lian Cioe<br />

mengawasi bayangan mereka deugan mata tajam. Ia mendapat kenyataan, bahwa hampir<br />

semuanya bertubuh langsing dan gerak-gerik mereka yang gemulai menyerupai gerak-gerik<br />

wanita.<br />

"Jie Jie dan Thio Ngo dari Boe tong pay menghaturkan maaf kepada Thie khim Sianseng! "<br />

teriak Lian Cioe.<br />

Orang-orang itu tidak menjawab, hanya sayup sayup terdengar tertawanya seorang wanita.<br />

Sesudah bahaya lewat, So So menurunkan Boe Kie dari dukungannya dan sambil terus<br />

mencekal tangan puteranya, ia berkata. "Jiepeh, orang-orang itu rasanya orang perempuan.<br />

Apa mereka orang orang Koen loen pay?"<br />

"Bukan," jawabnya "mereka orang Go bie pay."<br />

"Go bie pay?" menegas Coei San dengan perasaan heran. "Bukankah tadi Jieko menyebut<br />

nama Thie khim Sianseng?"<br />

Lian Cioe menghela napas, "Mereka tidak bersuara dan muka mereka ditutup dengan topeng<br />

itu semua menandakan bahwa mereka sungkan dikenali orang," katanya. "Lima pedang yang<br />

mengancam Boe Kie ialah Han bwee kiam tin (Barisan pedang bunga Bwee) dari Koen loen<br />

pay, sedang kedua orang yang menikam aku juga menggunakan pukulan Tay mo pang see<br />

data Koen loen pay. Karena mereka menyamar sebagai orang Koen loen, aku sungkan<br />

membuka rahasia mereka dan sengaja menyebutkan nama Thie khim Sianseng, Ciang boenjin<br />

dari Koen loen pay."<br />

"Bagaimana Jiepeh tahu mereka orang Go bie pay?" tanya So So. "Apa diantaranya ada yang<br />

dikenal?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!