20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bagaimana keadaanmu? Apa kau tidak lapar?<br />

Tentu saja lapar. Tapi aku tidak dapat bergerak dan menyerahkan segala apa pada nasib.<br />

Wanita itu tersenyum. Ia merogoh keranjangnya dan mengeluarkan dua potong kue phia lalu<br />

diberikan kepada Boe Kie.<br />

Terima kasih, kata Boe Kie seraya menyambutinya, tapi ia tidak lantas memakannya.<br />

Mengapa kau tidak makan? Apa kau takut ada racunnya? tanya si nona.<br />

Sudah 4 tahun lebih, kecuali dengan Coe Tiang Leng, Boe Kie tidak pernah bicara dengan<br />

lain manusia. Maka itu, pertemuannya dengan gadis itu menggirangkan hatinya, karena<br />

biarpun si nona berparas jelek, omongan2 nya sangat menarik. Ia tertawa dan menjawab,<br />

Bukan, bukan begitu. Sebabnya adalah karena phia ini diberikan oleh nona, maka aku merasa<br />

sayang untuk segera memakannya.<br />

Jawaban itu, yang sebenarnya hanya guyon guyon dapat diartikan sebagai ejekan. Boe Kie<br />

adalah seorang yang sifatnya sungguh2 dan ia jarang sekali bicara main-main. Tapi sekarang,<br />

dalam berhadapan dengan gadis jelek itu, hatinya bebas tanpa merasa ia sudah mengeluarkan<br />

kata-kata itu.<br />

Di luar dugaan, paras muka si nona lantas saja berubah gusar dan ia mengeluarkan suara di<br />

hidung sehingga Boe Kie merasa sangat menyesal dan buru-buru ia memasukkan kue ke<br />

dalam mulutnya. Karena terburu-buru, kue itu menyangkut di tenggorokannya dan ia batukbatuk.<br />

Muka si nona berubah lagi, dari marah menjadi girang. Terima kasih Langit, terima kasih<br />

Bumi. Tioe Pat Koay (si muka jelek) bukan manusia baik, katanya. Bapak Langit<br />

menjatuhkan hukuman kepadamu. Mengapa orang lain tidak dipatahkan tulangnya, hanya kau<br />

seorang yang dipatahkan tulang betismu?<br />

Sesudah empat tahun tak pernah mencukur rambut dan muka, tentu saja mukaku kelihatannya<br />

jelek, kata Boe Kie dalam hati. Tapi kaupun tidak cantik. Kita berdua setali tiga uang. Tapi<br />

tentu saja ia tak berani mengutarakan berterus terang apa yang dipikir dalam hatinya. Ia<br />

tersenyum dan berkata, Sudah 9 hari aku menggeletak di sini. Sungguh untung, nona<br />

kebetulan lewat disini dan nona sudah memberikan kue kepadaku. Terima kasih banyak untuk<br />

kebaikanmu itu.<br />

Si nona tertawa. Jangan kau bicara menyimpang, katanya. Aku tanya mengapa hanya seorang<br />

yang patah tulang? Kalau kau tidak menjawab, aku akan mengambil pulang kueku itu.<br />

Jantung Boe Kie memukul keras sebab selagi bicara sambil tertawa di mata gadis itu terdapat<br />

sinar kenakalan yang menyerupai sinar mata yang dimiliki oleh ibunya sendiri. Mengapa sinar<br />

matanya mirip dengan sinar mata ibu? tanyanya di dalam hati. Sebelum meninggal dunia,<br />

waktu ibu memperdayai pendeta Siauw lim sie, pada kedua matanya terlihat sinar yang seperti<br />

itu. Mengingat ibunya, hatinya merasa pilu dan air matanya lantas saja mengucur.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 600

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!