20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Melihat begitu, Tio Beng tersadar. “Pakaian tawanan kita bersamaan dengan pakaian sebelas<br />

orang itu,” katanya. “Apa ia bukan salah seorang dari keduabelas Po soe ong!”<br />

“Kurasa memang begitu,” kata Boe Kie. “Tawanan kita berkedudukan sangat tinggi dan<br />

kupercaya sedikitnya untuk sementara waktu, mereka tak akan berani menyerang….”<br />

Pembicaraannya terputus dengan mendadak, karena ia tiba tiba melihat Sam soe menghampiri<br />

sebelas “raja” itu dengan membawa seorang tangkapan.<br />

Boe Kie dan yang lain terkejut. Mereka mengenali bahwa tangkapan itu, seorang nenek<br />

bongkok yang memegang tongkat, adalah Kim hoa Po po.<br />

Di lain saat, Toe hwie Po soe ong yang berduduk di kursi kedua mengajukan beberapa<br />

pertanyaan dalam bahasa Persia dengan suara keras.<br />

Si nenek miringkan kepalanya. “Apa yang kau katakan?” tanyanya. “Aku tidak mengerti.”<br />

Tie hwie ong tertawa dingin. Ia bangun berdiri dan tangannya menyambar ke kepala si nenek.<br />

Di lain saat, ia sudah memegang segumpal rambut palsu, sedang di atas kepala si nenek<br />

terlihat rambut yang berwarna hitam dan mengkilat. Kim hoa Po po miringkan kepalanya, tapi<br />

tangan kanan Tie hwie ong sudah mampir di mukanya dan membeset selapis topeng. Boe Kie<br />

yang bermata tajam sudah melihat tegas, bahwa topeng yang terbeset itu adalah topeng muka<br />

Kim hoa Po po. Hampir berbareng Kim hoa Po po menyalin rupa. Ia sekarang berubah<br />

menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Jantung Boe Kie memukul keras. “Ah!...<br />

Mukanya sungguh mirip sekali dengan muka Siauw Ciauw,” katanya di dalam hati.<br />

Mendadak ia mendengar suara Tio Beng yang berkata, “Sama betul dengan Siauw Ciauw!”<br />

Sesudah topengnya dilucuti, seraya tertawa dingin si nenek melemparkan tongkatnya. Tie<br />

hwie ong lalu mengajukan pertanyaan pertanyaan dalam bahasa itu juga. Selama tanya jawab<br />

itu berlangsung, paras muka kesebelas “Ong” kelihatannya sangat menyeramkan.<br />

Boe Kie dan yang lain tentu saja tidak mengerti pembicaraan itu.<br />

“Siauw Ciauw Kouwnio, apa yang mereka bicarakan?” tanya Tio Beng.<br />

Air mata Siauw Ciauw lantas saja mengucur, “kau sangat pintar,” katanya. “Kau tahu segala<br />

apa, tapi mengapa kau tidak mencegah Loo ya coe berkata begitu?”<br />

“Mencegah Loo ya coe berkata apa apa?” tanya Tio Beng dengan rasa heran.<br />

“Semula mereka tak tahu siapa adanya Kim hoa Po po”, menerangkan Siauw Ciauw.<br />

“Belakangan mereka tahu bahwa Kim hoa Po po ialah Cie san Liong ong. Tapi mereka tak<br />

pernah menduga bahwa Cie san Liong ong adalah Tay Kie. Po po telah menyamar dalam<br />

waktu lama dengan pengharapan bisa mengelabui mereka. Di luar dugaan tanpa sengaja Loo<br />

ya coe telah membuka rahasia dengan mengajukan syarat supaya mereka melepaskan Seng lie<br />

Tay Kie. Maksud Loo ya coe memang mulia sekali. Tapi dengan begitu Tie hwie Po soe ong<br />

jadi mendusin. Loo ya coe yang tidak bisa melihat tentu saja tak tahu lihaynya penyamaran Po<br />

po yang dapat mengelabui siapapun jua. Tio Kauwnio, kau telah lihat terang terang dengan<br />

matamu. Apa kau tidak bisa mikir sampai disitu?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1097

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!