20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan air mata masih mengembang, In Lie Heng mengangkat kepalanya akan memandang<br />

si nona. Karena air matanya itu matanya seperti kabur. Ia masih sesenggukan ketika ia<br />

berkata. "Kamu..... kamu kaum Go bie pay apakah kamupun datang untuk menyeterukan<br />

Ngoko ?"<br />

"Bukan," menyahut Siauw Hoe cepat. "Hanya guruku mau meminta saudara Thio suka<br />

mengunjuk alamatnya Cia Soen."<br />

Boe Kie mendengar pembicaraan itu, mendadak ia menyeletuk: "Ibuku sudah<br />

memberitahukan itu kepada si pendeta, pergi kau tanya dia saja! Jikalau pendeta itu tidak sudi<br />

memberi tahu, pergi kamu rewel dengan mereka !"<br />

Dalam kedukaannya, anak ini sudah mengerti maksud ibunya<br />

"Kau anak yang baik," berkata Kie Siauw Hoe. "Paman In mu tentulah akan bisa merawati<br />

kau terus ...."<br />

Dengan kata katanya ini si nona mau maksudkan ia dan In Lie Heng pasti nanti memandang<br />

dia sebagai anak sendiri.<br />

Kemudian ia meloloskan rantai emasnya dari lehernya. Ia memasuki itu kekepalanya Boo Kie<br />

seraya berkata dengan halus : "Ini untukmu ..."<br />

Mendadak Boe Kie melompat sambil membentak: "Aku tidak menghendaki barang musuh!"<br />

Nona Kie berdiri menjublak likat, tangannya tetap memegangi kalungnya itu.<br />

"Kamu lekas pergi !" kata Boe Kie berteriak. "Aku hendak menangis! Seperginya semua<br />

musuh, baru aku menangis!"<br />

"Anak, kami bukan musuhmu," kata Kie Siauw Hoe perlahan.<br />

Boe Kie menggertak gigi. Mendadak ia berkata sengit: "Semakin wanita cantik, semakin dia<br />

pandai menipu orang!"<br />

Mukanya Kie Siatiw Hoe menjadi merah semua, hampir ia menangis. Wajahnja Ceng hian<br />

Soethay menjadi guram.<br />

"Soemoay, buat apa banyak bicara sama anak kecil !" katanya. "<strong>Mar</strong>i kita pergi!"<br />

Boe Kie mengawasi, ia menanti sampai Kie Siauw hoe semua sudah lenyap dari pintu ruang<br />

itu, baru ia hendak menangis, atau tiba tiba napasnya berhenti berjalan, tubuhnya roboh<br />

terkulai.<br />

Jie Lian Cioe terkejut. Ia lompat menubruk, untuk membangunkannya. Ia menyangka, saking<br />

sedihnya, anak ini jadi pingsan. Ia kata. "Anak, kau menangislah!" Iapun lantas mengurut<br />

tubuh si bocah.<br />

Luar biala keadaannya Boe Kie. Ia tidak siuman, bahkan sebaliknya tubuhnya menjadi dingin<br />

bagaikan es. Melainkan dari hidungnya menghembuskan napas yang lemah sekali.<br />

Lian Cioe terus mengurut, tapi ia tetap tidak tersadar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 362

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!