20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie tahu bahwa pemuda she Han itu beradat polos dan berangasan. Sebagai tamu, tidak<br />

baik jika sampai terjadi bentrokan. Maka itu, sambil menghela nafas ia menarik tangan Han<br />

Lim Jie dan balik ke gubuk Bengkauw.<br />

Waktu itu Ciang pang Liong tauw sedang bercekcok dengan seorang pendeta Siauw lim sie.<br />

Pembicaraan antara Boe Kie, Cie Jiak dan Ceng Soe dilakukan dengan suara perlahan di satu<br />

sudut gubuk Go bie-pay sehingga tidak menarik perhatian orang yang sedang memperhatikan<br />

pertengkaran antara Siauw lim-pay dan Kay pang.<br />

“Aku sudah mengatakan bahwa Goan tin Soeheng dan Tan Yoe Liang tidak berada di kuil<br />

kami,” kata seorang pendeta jubah merah. “Meninggalnya Coan kang Ciang loo sudah diganti<br />

dengan Kong jie Soesiok. Mau apa lagi kau?”<br />

“Siapa percaya omonganmu!” bentak Ciang pang Liong tauw. “Kami baru percaya setelah<br />

menggeledah kuilmu.”<br />

Pendeta itu tertawa dingin. “Kau mau menggeledah Siauw lim sie?” tanyanya dengan suara<br />

memandang rendah. “Perkumpulan semacam Kay pang belum tentu bisa menggeledah kuil<br />

kami!”<br />

“Kurang ajar!” teriak Ciang pang Liong tauw. “Kau memandang enteng kepada Kay pang ya?<br />

Baiklah, sekarang aku minta pelajaran.”<br />

Panasnya suasana memuncak tapi Kong tie masih tetap berpeluk tangan.<br />

Tiba-tiba Soema Cian Cong berteriak, “Hei! Dari tempat jauh kami datang ke sini bukan<br />

untuk menyaksikan pertengkaran antara Siauw lim pay dan Kay pang!”<br />

“Benar,” sambung Hee Cioe. “Ganjelan antara Kay pang dan Siauw lim-pay boleh ditunda<br />

sementara waktu, kita harus lebih dulu membersihkan penjahat Cia Soen.”<br />

“Mulutmu jangan terlalu busuk!” bentak Ciang pang Liong tauw. “Biar bagaimanapun juga,<br />

Cia Tayhiap adalah salah seorang anggota dari keempat Hoe kauw Hoat ong.”<br />

“Kalau kau takut pada Bengkauw, aku tak takut,” balas Hee Cioe. “Cia Soen lebih jahat dari<br />

anjing. Apa aku harus menamakan dia seorang pendekar?”<br />

Mendadak Yo Siauw melesat dari tempat duduknya dan tahu-tahu ia sudah berada di tengah<br />

lapangan. Dengan menyoja ia berkata, “Aku Kongbeng Cosoe dari Bengkauw. Aku<br />

mengutarakan pendapatku bahwa Cia Say ong <strong>membunuh</strong> orang memang harus diakui<br />

sebagai satu kesalahan. Tapi kita orang-orang Kangouw setiap hari hidup diujung senjata,<br />

diantara orang-orang yang berada di sini, siapa yang belum pernah <strong>membunuh</strong> sesama<br />

manusia? Hee Loo enghiong, apa seumur hidupmu kau belum pernah mengambil jiwa<br />

manusia?”<br />

Jaman itu, akhir kerajaan Goan adalah jaman kalut dan pemberontak melawan penjajah.<br />

Orang-orang Rimba Persilatan yang terlibat dalam kalangan Kangouw terpaksa <strong>membunuh</strong><br />

orang kalau tidak mau dibunuh. Yang tangannya dapat dikatakan bersih hanyalah pendeta<br />

Siauw lim-pay, pendeta perempuan Go bie-pay atau orang-orang Rimba Persilatan yang<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1338

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!