20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pendeta itu seolah-olah seekor <strong>naga</strong> yang terbang di angkasa sambil mementangkan cakarnya<br />

sehingga semua gerakan Boe Kie di bawah kekuasaannya.<br />

Mendadak berbarengan dengan mengapungnya tubuh Boe Kie terdengar suara brett! Di lain<br />

saat barulah orang tahu bahwa tangan baju pemuda itu robek dan lengan kanannya tercakar<br />

sehingga mengucurkan darah. Di antara sorak-sorai orang Siauw lim-pay terdengar teriakan<br />

kaget dari seorang wanita, Boe Kie melirik dan melihat Siauw Ciauw tengah mengawasinya<br />

dengan paras muka ketakutan. Thio Kongcoe, hati-hati! teriak si nona.<br />

Sungguh baik nona kecil itu, piker Boe Kie sambil melompat ke belakang karena dengan<br />

kecepatan luar biasa Kong seng sudah menubruk lagi.<br />

Begitu cengkraman pertama gagal, cengkraman kedua menyusul dan Boe Kie kembali<br />

melompat ke belakang. Selagi yang satu menubruk dan yang satu melompat, mereka tetap<br />

berhadapan satu sama lain. Sesudah menubruk delapan sembilan kali, Kong seng masih juga<br />

belum berhasil. Jarak antara mereka tetap tidak berubah, yaitu dua kaki lebih. Maka dengan<br />

demikian, meskipun Boe Kie masih belum balas menyerang, tinggi rendahnya ilmu ringan<br />

badan antara kedua lawan itu sudah bisa dilihat nyata.<br />

Kita tahu bahwa Kong seng menubruk ke depan sedang Boe Kie melompat ke belakang.<br />

Tidak dapat disangkal lagi bahwa menubruk ke depan lebih mudah daripada melompat ke<br />

belakang. Meskipun begitu Kong seng masih tidak bisa menyentuh badan pemuda itu.<br />

Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa dalam ilmu meringankan badan, pendeta<br />

itu sudah kalah setingkat. Kalau mau, dengan mudah Boe Kie bisa menyingkir jauh-jauh dari<br />

Kong seng.<br />

Mengapa Boe Kie tetap mempertahankan jarak dua tiga kaki dari pendeta itu? Karena ia ingin<br />

mempelajari rahasia pukulan Liong Jiauw chioe. Ia menyadari bahwa sesudah mengeluarkan<br />

tiga puluh enam macam pukulan, si pendeta menyerang pula dengan pukulan ke delapan yaitu<br />

Na na sit (Gerakan mencengkram) yang tadi sudah digunakan. Sesudah itu kedua tangan<br />

Kogn seng menyambar dari atas ke bawah. Itulah Chio coe sit (Gerakan merebut mutiara),<br />

pukulan kedua belas. Melihat itu, Boe Kie segera mengetahui bahwa Liong Jiauw chioe hanya<br />

terdiri dari tiga puluh enam pukulan atau gerakan.<br />

Selama hidup, Kong seng jarang sekali bertempur melawan musuh. Waktu mencapai usia<br />

setengah tua, walaupun musuh beberapa kali ia pernah bertemu dengan lawan berat, tapi<br />

begitu mengeluarkan Liong Jiauw chioe, pihak lawan segera keteteran. Sejauh itu, ia belum<br />

pernah bertempur dengan lawan yang bisa bertahan lebih dari dua belas pukulan. Maka itu,<br />

pukulan ketiga belas sampai ketiga puluh enam belum pernah digunakan untuk menghadapi<br />

musuh. Sungguh tak disangka, sesudah mengeluarkan tiga puluh enam pukulan, ia masih juga<br />

belum bisa merobohkan Boe Kie. Mau tak mau ia terpaksa mengulangi pukulan-pukulan yang<br />

tadi sudah digunakan. Ilmu ringan badan bocah ini memang sangat hebat, pikirnya. Dengan<br />

mengandalkan kegesitannya, ia berhasil menyelamatkan diri dari pukulan-pukulan. Tapi kalau<br />

bertempur sungguhan, belum tentu ia bisa melayani dua belas pukulan Liong Jiauw chioe.<br />

Sementara itu, Boe Kie sudah dapat menyelami kehebatan Liong Jiauw chioe. Memang Jiauw<br />

hoat (Ilmu mencengkram) yang terdiri dari tiga puluh enam gerakan itu tidak ada cacatnya.<br />

Akan tetapi, sesudah memiliki Kian koen Tay lo ie Sin-kang, dengan mengandalkan Sin-kang<br />

tersebut, pemuda itu dapat memecahkan pukulan apapun juga. Sekarang juga ia bisa<br />

menghancurkan Liong Jiauw chioe. Tapi ia ragu dan berkata dalam hati, Tidak sukar bagiku<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 765

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!