20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

puluh pohon, hingga mereka sudah pergi jauh. Baru nona itu melompat turun, hingga<br />

sekarang mereka berada di pinggiran sebuah gunung. Di situ Boe Kie diturunkan dengan hatihati.<br />

Di sini kita membangun gubuk kerbau! kata nona itu tertawa, Tempat ini baik!<br />

Gubuk kerbau? Boe Kie heran, Untuk apakah gubuk kerbau?<br />

Si nona tertawa.<br />

Memang gubuk kerbau! katanya. Gubuk untuk menempatkan seekor kerbau yang besar!<br />

Bukankah kau bernama A Goe, si kerbau?<br />

Boe Kie tersentak, lantas ia pun tertawa. Nona itu sedang bergurau. Memang namanya A Goe,<br />

berarti kerbau.<br />

Bila begitu, tak usahlah, ia berkata. Empat atau lima hari lagi, kakiku tentu sudah sembuh<br />

banyak, aku dapat berjalan meskipun dipaksakan.<br />

Hm, dipaksakan! kata si nona, tersenyum. Kau sudah jadi si jelek tidak karuan, kalau nanti<br />

kaki kerbaumu pincang, apa itu bagus dilihat?<br />

Habis berkata, si nona kembali bekerja. Dengan cabang pohon yang berdaun, ia menyapu<br />

salju di batu gunung.<br />

Mengertilah Boe Kie bahwa si nona sangat memperhatikannya. Itulah bukti dari kata-katanya:<br />

kalau nanti kaki kerbaumu pincang, apa itu bagus dilihat? Tanpa terasa hatinya jadi tergerak.<br />

Iapun lantas mendengar nona itu berjanji perlahan, berjanji sambil bekerja. Dia tidak usah<br />

membuang waktu lama akan dapat membangun gubuk yang beratap alang-alang. Gubuk itu<br />

cukup besar untuk mereka berdua bernaung di dalamnya.<br />

Tapi Coe Jie masih bekerja terus. Sekarang ia mengangkut salju tak hentinya. Ia menutup<br />

gubuk dari atas atap, lalu ke bawah di sekitarnya. Di lain saat, dari tempat jauh gubuk itu<br />

tidak kelihatan lagi, kecuali sebagai gundukan salju.<br />

Kembali Boe Kie menjadi kagum.<br />

Habis bekerja, Coe Jie mengeluarkan sapu tangan untuk menyusut keringatnya. Setelah<br />

bekerja begitu berat, tubuhnya kepanasan hingga ia mengeluarkan peluh. Namun ia tidak<br />

duduk beristirahat.<br />

Kau tunggu di sini! katanya. Aku hendak pergi mencari makanan!<br />

Kau beristirahat dulu, Boe Kie berkata. Aku belum lapar, kau boleh menunggu sebentar lagi.<br />

Kau terlalu letih.<br />

Nona itu mengawasi.<br />

Jikalau kau hendak memperlakukanku dengan baik kau harus sungguh-sungguh baik, dia<br />

berkata. Manis di mulut saja buat apa? Lantas ia pergi berlari memasuki hutan. Boe Kie<br />

terpaksa berdiam. Ia merebahkan dirinya di batu gunung, yang terkurung gubuknya itu. Ia<br />

sekarang mempunyai kesempatan untuk memikirkan kelakuan si nona yang polos itu, yang<br />

suaranya halus, yang gerak-geriknya genit. Saking polosnya nona itu gampang gusar.<br />

Mestinya gerak-gerik itu dipunyai seorang nona cantik, tetapi dia berwajah jelek sekali. Tapi<br />

ia lantas ingat kata-kata ibunya di saat hendak menghembuskan nafas terakhir. Kata ibu,<br />

Wanita itu, makin cantik makin pandai dia menipu orang maka terhadap wanita cantik kau<br />

harus semakin berhati-hati menjaga diri!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 6<strong>29</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!