20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Tidak bisa !" bentak sang kakak sepenguruan "Dua Soeheng dari Siauw lim pay yang satu<br />

binasa, satu terluka. Sedang dua Tootiang dari Koen loen Pay mendapat luka barat, sedang<br />

dua saudara dari Hay see pay terluka lebih hebat juga. Apa tangannya tidak cukup kejam ?<br />

Sekarang biarlah aku menusuk mata kirinya. Sesudah itu, baru kita menanyakan lagi tempat<br />

sembunyinya Pek Kwie Sioe."<br />

Sehabis berkata begitu, bagaikan kilat pedangnya lantas menyambar mata kiri Pheng<br />

Hweeshio.<br />

Sekali lagi Kie Siauw Hoe menangkis pedang Soecienya. "Soecie," katanya dengan suara<br />

memohon. "Dia sudah tidak bisa melawan lagi dan jika kita menganiaya dia, aku kuatir partai<br />

kita akin mendapat nama jelek dalam Rimba Persilatan."<br />

Teng Bin Koen mendelik. "Minggir! Jangan perdulikan aku," bentaknya.<br />

Kie Siauw Hoe kelihatan bingung dan berkata pula: "Soecie.... "<br />

"Jangan rewel!" Memutus Bin Koen. "Kalau kau menganggap aku sebagai kakak<br />

seperguruan, kau harus mendengar omonganku."'<br />

"Baiklah," kata nona Kie.<br />

Sekali lagi pedang Teng Bin Koen menyambar mata kiri Pheng Hweeshio. Kali ini ia<br />

menggunakan tiga bagian te<strong>naga</strong> Lweekang. Iapun mengerakkan te<strong>naga</strong> dalam. "Trang!"<br />

kedua senjata kebentrok dan kedua saudari sepenguruan terhuyung beberapa tindak.<br />

Teng Bin Koen marah besar, "Soemoay !" bentaknya. "beberapa kali dengan mati-matian kau<br />

melindungi pendeta siluman itu. Apa sebenarnya maksudmu ?"<br />

Kie Siauw Hoe tertawa, "Aku hanya ingin meminta supaya Soecie jangan menganiayanya."<br />

jawabnya dengan sabar, "Jikalau kita ingin menyelidiki dimana tempat sembunyinya Pek<br />

Kwie Sioe, kita hanya bisa menanyakan nanti secara perlahan lahan."<br />

Teng Bin Koen tertawa dingin. "Huh ! Apakah kau kira aku tak tahu jalan pikiranmu ?"<br />

tanyanya dengan nada mengejek. "Berapa kali In Liokhiap dari Boe tong pay mendesak<br />

supaya kau menikah dengannya. Mengapa kau selalu menolak dengan memberikan rupa-rupa<br />

alasan? Waktu ayahmu turut mendesak, mengapa kau kabur dari rumahmu ?"<br />

"Soecie itu adalah urusan soemoay pribadi," kata nona Kie "Mengapa Soecie jadi menyebut<br />

nyebut hal itu ?"<br />

Sang kakak mengeluarkan suara dihidung. "kita sama tahu." katanya. "Di hadapan orang luar,<br />

memang kurang baik jika aku membuka topengmu. Huh! Badanmu berada di Go bie, tapi<br />

hatimu di pihak Mo kauw !"<br />

Mendengar perkataan itu, Siauw Hoe gusar tak kepalang, sehingga paras mukanya berubah<br />

pucat. "Aku selalu menghormati kau sebagai seorang kakak dan belum pernah aku berbuat<br />

kesalahan terhadapmu," katanya dengan suara gemetar "Tapi mengapa hari ini kau menghina<br />

aku sedemikian hebat?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 412

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!