20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

tapi…heran!...ia tidak merasa sakit. Dilain detik ia mengerti bahwa totokan itu jatuh pada To<br />

liong to yang tergantung di pinggangnya. Dalam pertempuran, Boe Kie biasanya tidak<br />

menggunakan senjata. Paling banter ia menggunakan Seng hwee leng. Ia tak pernah<br />

membawa senjata sehingga ia sama sekali tak ingat bahwa sebatang golok mustika tergantung<br />

di pinggangnya.<br />

Sekarang ia sadar dan girang, sambil membentak keras ia menendang dan Ho Pit Ong buruburu<br />

mundur bagaikan kilat. Ia menghunus To liong to dan membabat tongkat Lok Thung<br />

Kek yang menyambar dada “Sret!” kepala menjangan tongkat itu putus dan jatuh di tanah.<br />

“Celaka!” seru si tua.<br />

Dua pit Ho Pit Ong menikam bersamaan dan sekali lagi Boe Kie membabat dengan To liong<br />

to. Hampir bersamaan dengan dua poan koan pit berubah menjadi empat potong. Semangat<br />

Boe Kie terbangun dan memutar golok mustika itu seperti titiran sehingga Hian beng Jieloo<br />

tidak berani mendekati lagi.<br />

Dibawah perlindungan To liong to, sekarang Boe Kie bisa menggunakan seluruh Kioe yang<br />

Cin khie untuk menekan hawa dingin. Dalam beberapa saat saja hawa dingin beracun dari<br />

Hian beng Sin ciang yang mengeram dalam tubuh Tio Beng dan Cioe Cie Jiak sudah terusir<br />

semuanya menjadi bersih. Sesudah racun Hian beng Sin ciang musnah, tanpa diketahui Boe<br />

Kie, terjadi satu perkembangan baru. Apabila dua hawa “im” (dingin) dan “yang” (panas)<br />

bertempur dalam tubuh manusia, maka yang lebih kuat selallu memusnahkan yang lebih<br />

lemah. Demikianlah sesudah hawa Hian beng Sin ciang terusir, Kioe yang Cin khie lalu<br />

menekan te<strong>naga</strong> Kioe im yang dimiliki Cie Jiak.<br />

Sesudah mendapatkan Kioe im Cin keng yang disembunyikan dalam Ie thian kiam, Cie Jiak<br />

berlatih diam-diam secara tergesa-gesa. Karena kuatir diketahui Cia Soen dan Boe Kie, ia<br />

hanya berani berlatih di waktu malam dan karena waktu sudah mendesak, ia tak sempat<br />

mempelajari dasar-dasar kitab ilmu silat itu dan terpaksa memilih ilmu rendah yang lebih<br />

mudah dilatih diantaranya Kioe im Pek koet jiauw. Dulu jilid kedua Kioe im Cin keng dicuri<br />

oleh Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong (keduanya muruid Oey Yok Soe dari tangan<br />

Tong sia Oey Yok Soe). Apa yang dipelajari oleh kedua murid murtad itu juga Kioe im Pek<br />

koet jiauw. Dapat dimengerti bahwa ilmu yang dilatih tergesa-gesa tak bisa mempunyai dasar<br />

Lweekang yang kuat, begitu bertemu dengan lawan tangguh te<strong>naga</strong> dalamnya akan segera<br />

tertindih. Setelah kena racun Hian beng Sin ciang, Cie Jiak lalu memasukkan hawa beracun<br />

ke dalam usaha mengusirnya dari tubuhnya. Sesudah Boe Kie menolong barulah ia merasa<br />

nyaman. Tapi baru saja ia mau melepaskan diri dari telapak tangan Tio Beng, semacam<br />

te<strong>naga</strong> yang sangat kuat telah menyedot dan ia tak bisa melepaskan dirinya lagi. Tadi Tio<br />

Beng yang tak bisa melepaskan diri dari punggungnya tapi sekarang ia sendiri yang tak bisa<br />

memberontak diri telapak tangan Tio Beng. Ini sudah terjadi karena adanya perbedaan<br />

kekuatan te<strong>naga</strong>.<br />

Boe Kie terus mengirim Kioe yang Cin khie karena ia masih merasakan perlawanan hawa<br />

dingin yang kelaur dari telapak tangan Tio Beng. Ia hanya menduga bahwa racun Hian beng<br />

Sin ciang belum terusir semuanya. Ia tak tahu bahwa hawa dingin itu adalah Kioe im Cin khie<br />

dari Cie Jiak. Makin lama Kioe im Cin khie yang didapatkan Cie Jiak dengan susah payah<br />

makin berkurang. Cie Jiak mengeluh tapi ia tak berani buka suara sebab sekali bicara, ia akan<br />

muntah darah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1416

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!