20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tiba-tiba nona Tio mengubah sikapnya. Sekarang ia berkata dengan suara sungguh-sungguh.<br />

Thio Kauwcoe, aku bersedia untuk menyerahkan Hek giok Toan sik ko kepadamu dan akupun<br />

bersedia untuk memberi obat pemunah Cit ciong Cit hoa ko kepadamu. Aku bersedia, asal<br />

saja kau suka meluluskan tiga permintaanku. Jika kau menggunakan kekerasan, kau dapat<br />

<strong>membunuh</strong> aku, tapi kau jangan harap bisa mendapat obat. Kalau kau coba memaksa aku<br />

dengan disiksa, aku bisa memberi obat palsu atau racun yang hebat.<br />

Boe Kie girang, Permintaan apa? Lekas bilang! katanya cepat.<br />

Sambil bersenyum, si nona menjawab. Bukankah aku pernah mengatakan, bahwa begitu lekas<br />

aku dapat memikir tiga permintaan itu aku akan segera memberitahukan kepadamu? Kau<br />

hanya perlu mengatakan dan berjanji untuk tidak melanggar janji. Aku mesti tak akan minta<br />

kau menangkap rembulan di langit, tak akan minta kau melakukan sesuatu yang bertentangan<br />

dengan Rimba Persilatan dan juga takkan minta kau <strong>membunuh</strong> diri sendiri.<br />

Mendengar bahwa ia tak akan diminta untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan<br />

peraturan Rimba Persilatan Boe Kie merasa lega. Ia lantas saja berkata dengan suara lantang,<br />

Tio Kouwnio, asal saja kau benar-benar memberikan obat yang bisa menyembuhkan kedua<br />

pamanku, biarpun mesti masuk ke lautan api, aku tak akan menampik segala perintahmu.<br />

Tio Beng tersenyum sambil mengangsurkan tangan ia berkata, Baiklah! <strong>Mar</strong>ilah kita menepuk<br />

tangan sebagai sumpah. Aku akan segera memberikan obat yang diminta olehmu. Di belakang<br />

hari, sesudah Samsoepeh dan Lioksoesiokmu sudah sembuh, kau akan melakukan tiga<br />

permintaanku. Asal saja ketiga permintaanku itu tidak bertentangan dengan peraturan dalam<br />

Rimba Persilatan. Kau setuju?<br />

Ya. Kata Boe Kie seraya mengulurkan tangannya dan menepuk tiga kali tangan si nona.<br />

Sesudah itu, Tio Beng mencabut kembang mutiara yang tertancap di kundainya. Sekarang kau<br />

harus menerima lagi hadiah ini! katanya.<br />

Sebab kuatir nona Tio marah dan menarik pulang janjinya, Boe Kie segera menyambuti<br />

perhiasan itu.<br />

Tapi kau tidak boleh memberikan lagi kembangku ini kepada budak yang cantik itu, kata Tio<br />

Beng.<br />

Baiklah! jawabnya.<br />

Nona Tio tertawa dan mundur tiga tindak. Obat akan segera diantarkan kepadamu, katanya.<br />

Thio Kauwcoe, sampai bertemu lagi! Ia mengibaskan tangan baju, memutar tubuhnya yang<br />

langsing dan lantas berjalan pergi. Dengan sikap menghormat Hian beng Jie lo menyerahkan<br />

tunggangannya. Tio Beng melompat naik ke atas punggung tunggangannya dan tanpa<br />

menengok lagi, ia turun gunung.<br />

Sesudah si nona dan dua pengiringnya membelok di satu tikungan, dari atas sebuah pohon<br />

tiba-tiba melompat turun seorang pria. Boe Kie mengenali, bahwa dia itu bukan lain daripada<br />

Cian Jie Pay, salah seorang dari Sin cian Pat hiong. Majikanku mengirim sepucuk surat<br />

kepada Thio Kauwcoe! teriaknya sambil melepaskan anak panah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 920

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!