20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Benar," jawabnya. "Kalau begitu, Tootiang pun mengenal Ouw Soepehku."<br />

Guru besar itu kelihatan agak bersangsi. Memang sudah lama ia mendengar nama Tiap kok le<br />

Sian Ouw Ceng Goe yang dipandang rendah oleh orang Rimba Persilatan. Ia mempunyai adat<br />

yang sangat aneh. Kalau orang yang sakit atau terluka anggauta "agama"nya, ia segera<br />

menolongnya dengan sepenuh te<strong>naga</strong> tanpa mau menerima bayaran apapun jua. Tapi, kalau<br />

yang memohon pertolongan bukan pengikut "agama", biarpun dibayar dengan laksaan tail<br />

emas, ia tak akan meladeni.<br />

"Aku lebih suka Boe Kie mati dari pada menyerahkan nya kepada orang dari agama sesat itu,"<br />

katanya didalam hati.<br />

Melihat kesangsian Sam Hong, pemuda itu dapat menebak apa yang dipikirnya dan ia lantas<br />

saja berkata: "Thio Cinjin, meskipun Ouw Soepeh biasanya menolak untuk mengobati orang<br />

luar, tapi karena Thio Cinjin telah menolong jiwa Cioe Kouw nio, ia pasti akan membuat<br />

kecualian. Andaikata ia menolak, Gie Coen pasti tak mau mengerti."<br />

Sam Hong menghela napas dan berkata dengan suara duka: "Mengenai kepandaian Ouw<br />

Sinshe, sudah lama aku mendengarnya. Hanya sayangnya, racun dingin yang mengeram<br />

didalam tubuh Boe Kie sekarang ini tidak akan dapat disembuhkan dengan obat biasa...."<br />

"Thio Cinjin!" teriak Gie Coen. "Mengapa kau begitu bersangsi? Kalau diobati oleh<br />

Soepehku, paling banyak saudara kecil itu tidak sembuh. Kalau kekiri mati, kekananpun mati,<br />

perlu apa Tootiang memikir panjang?"<br />

Sebagai orang yang beradat polos, ia bicara segala apa yang berkelebat diotaknya.<br />

Mendengar "kekiri mati, kekananpun mati", hati guru besar itu bergoncang keras. "Apa yang<br />

dikatakan olehnya memang tidak salah," pikirnya. "Menurut penglihatanku, paling banyak<br />

Boe Kie bisa bertahan dalam tempo sebulan lagi." Mengingat begitu, ia lantas saja berkata:<br />

"Gie Coen, baiklah, aku minta pertolonganmu. Akan tetapi, sebelum pertolongan diberikan,<br />

aku ingin menjelaskan terlebih dulu, bahwa Sinshe tidak boleh membujuk atau memaksa Boe<br />

Kie masuk kedalam agama kalian. Disamping itu, jika Boe Kie benar menjadi sembuh, Boe<br />

tong pay tidak menanggung budi agama kalian."<br />

"Thio Cinjin," kata Gie Coen, "dengan berkata begitu, kau jadi memandang terlalu rendah<br />

kepada orang-orang kami." Ia berpaling kepada Cioe Tit Jiak dan berkata puta: "Cioe<br />

Kauwnio, aku ingin kau mengikut Thio Cinjin untuk sementara waktu. Apa kau suka?"<br />

Sebelum si nona menjawab, Sam Hong sudah mendahului: "Apa?"<br />

"Aku tahu bahwa Thio Cinjin tidak suka pergi kepada Ouw Soepehku," kata Gie Coen.<br />

"Dapat dimengerti, bahwa lurus dan sesat tidak bisa berdiri berendeng. Thio Cinjin adalah<br />

seorang guru besar pada jaman ini. Cara bagaimana Thio<br />

Cinjin bisa meminta pertolongan dari seorang anggauta agama sesat? Disamping itu, adat<br />

Ouw Soepeh juga aneh sekali. Jika ia bertemu dengan Thio Cinjin, mungkin sekali Ia tidak<br />

berlaku sopan santun, sehingga pertemuan itu bisa berakibat sebaliknya daripada apa yang<br />

diharap. Maka itu, menurut pendapatku, sebaiknya saudara Thio dibawa olehku sendiri. Tapi,<br />

akupun mengerti, bahwa Thio Cinjin merasa sangsi untuk menyerahkan saudara Thio<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 400

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!