20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ia seorang yang tak sabaran. “Hayo! Lekas! Kita harus berangkat sekarang juga,” desaknya<br />

berulang-ulang.<br />

“Boe Kie,” kata Thio Siong Kee sambil berpaling kepada keponakannya, “tugas menolong<br />

Cie Kauwnio harus ditunaikan olehmu sendiri. Sesudah berhasil, datanglah di Boe tong san.”<br />

Boe Kie membungkuk dan berkata. “Baiklah Soepeh.”<br />

“Tio Kauwnio berwatak kejam,” bisik Thio Siong Kee. “Kau harus berhati hati. Ceng Soe<br />

merupakan sebuah contoh seorang laki laki tak boleh dibikin lupa oleh paras cantik.”<br />

Dengan muka merah Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya.<br />

Sesudah selesai berdamai, keempat pendekar Boe tong Boe Kie lalu menguburkan jenazah<br />

Boh Seng Kok di belakang sebuah batu besar. Mereka menangis sedih sekali dan sehabis<br />

memeras air mata, Seng Wan Kiauw berempat segera berangkat.<br />

Sesudah mereka berlalu, Tio Beng mendekati Boe Kie dan berkata. “Sie soepehmu menasihati<br />

supaya kau berhati hati terhadapku dan jangan sampai kena dibikin lupa oleh paras cantik. Dia<br />

mengatakan bahwa Song Ceng Soe adalah sebuah contoh. Benarkah begitu?”<br />

“Bagaimana kau tahu?” tanya Boe Kie dengan suara jengah. “Apakah kau mempunyai kuping<br />

Soen hong nie?”<br />

Tio Beng mengeluarkan suara di hidung. “Sekarang aku bicara terus terang,” katanya dengan<br />

bangga. “Aku berani memastikan bahwa sesudah memikir dan memikir lagi, Song Tay hiap<br />

dan yang lain lain akan berbalik mempersalahkan Cioe Cie Jiak yang dianggap sebagai gara<br />

gara yang mengakibatkan runtuhnya seorang jago muda dari Boe tong pay. Huh huh!... jalan<br />

pikiran orang lelaki tak pernah terlolos dari terkaanku.”<br />

“Song Toasoepeh dan lain lain paman adalah koencoe (manusia utama), kata Boe Kie.<br />

“Mereka semuanya sudah mengetahui aturan dan tidak mungkin mempersalahkan orang<br />

secara serampangan.”<br />

Si nona tertawa dingin, “Huh!... makin koencoe mungkin makin gila!” katanya. Sesudah<br />

berdiam sejenak, ia berkata lagi sambil tertawa, “Lekas tolong Cioe kauw untukmu! Kau<br />

celaka besar kalau dia sampai jatuh ke dalam tangan Song Ceng Soe.”<br />

Muka Boe Kie berubah merah. “Mengapa celaka besar?” tanyanya sambil tertawa kecil.<br />

Dengan mengikuti tapak kaki kuda Boe Kie dan Tio Beng berhasil menemukan tunggangan<br />

mereka yang lantas saja dikaburkan ke Kwan Lee. Boe Kie membedal kuda dan dengan<br />

pikiran kusut. Ia memikiri ayah angkatnya dan memikiri juga Cioe Cie Jiak. Mengingat<br />

bahwa Kay pang ingin menggunakan ayah angkatnya untuk menekan Beng Kauw, maka<br />

andaikata orang tua itu benar benar jatuh ke dalam tangan Partai Pengemis, jiwanya belum<br />

tentu terancam. Tapi biarpun begitu, sang Giehoe tentu tidak bisa terlolos dari segala hinaan.<br />

Ia lebih berkuatir akan keselamatan Cie Jiak. Si nona putih bersih. Dalam menghadapi Tan<br />

Yoe Liang yang jahat dan Song Ceng Soe yang tidak mengenal malu, jika didesak sampai di<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1187

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!